2.4.1.3. Percakapan Pasca-observasi
Percakapan pasca-observasi merupakan tahap penting dalam supervisi akademik. Supervisor dan guru bekerja sama untuk memahami tujuan, membangun kepercayaan, dan merencanakan pengembangan. Tahapan percakapan melibatkan analisis hasil observasi, umpan balik, perencanaan area pengembangan, dan rencana aksi pengembangan diri.Â
Supervisor menggunakan model percakapan untuk refleksi dan kalibrasi, mengacu pada data yang telah diambil selama kunjungan kelas. Melalui percakapan coaching, guru secara mandiri menemukan area pengembangan, memberikan rasa kepemilikan pada proses supervisi, dan mendorong perbaikan diri berkelanjutan.
2.2.4.2. Tindak lanjut Supervisi
Supervisi akademik tidak berakhir setelah supervisi klinis. Dengan prinsip berkesinambungan, supervisor meneruskan hasil supervisi sebagai pijakan tindak lanjut. Ini melibatkan refleksi, perencanaan pengembangan diri, dan pengembangan proses pembelajaran. Tindak lanjut bisa berupa percakapan coaching, kelompok kerja guru, fasilitasi, dan kegiatan lainnya.Â
Semua dilakukan sesuai kebutuhan pengembangan diri guru. Sebagai mitra pengembangan, supervisor dengan paradigma coaching memberdayakan guru, membantu temukan potensi, dan meningkatkan kompetensi. Supervisi akademik menjadi bagian perjalanan pendidik menuju pembelajaran yang berpihak pada murid, mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
2.4.3. Kepala Sekolah sebagai seorang Coach
Kepala sekolah, seperti Pak Lukman, dapat menjadi evaluator dan coach secara bersamaan dengan syarat tertentu. Carl Glickman menyatakan bahwa ini mungkin terjadi dengan adanya rasa percaya, pemahaman guru terhadap peran kepala sekolah, dan keaslian peran kepala sekolah sesuai kebutuhan.Â
Dalam evaluasi, perilaku sebagai evaluator ditunjukkan, sementara dalam coaching, perilaku sebagai coach muncul. Paradigma berpikir coaching dalam supervisi akademik menambah dimensi pertumbuhan dan pengembangan diri yang sering terlupakan. Percakapan coaching mendorong guru berpikir mendalam, menggali potensi, dan memotivasi internal untuk pembelajaran yang berpihak pada murid.
Materi 2.4
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching adalah proses berkelanjutan yang memberdayakan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Paradigma ini mengintegrasikan pengembangan kompetensi dan optimalisasi potensi individu. Setiap pemimpin, termasuk kepala sekolah, perlu memahami tujuan supervisi: pertumbuhan, perkembangan, dan pengawasan.
Kemitraan antara supervisor dan guru ditekankan, dengan prinsip konstruktif, terencana, reflektif, objektif, berkesinambungan, dan komprehensif. Tahapan supervisi melibatkan perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut, dengan fokus pada observasi klinis. Percakapan pra-observasi membangun kepercayaan dan kesepakatan, memastikan keterlibatan aktif guru dalam pengembangan diri melalui supervisi.
Melalui eksplorasi konsep ini, kita dapat lebih memahami supervisi akademik dengan cara berpikir coaching. Setiap guru, seperti seorang atlet, dapat mengasah keterampilan dan meningkatkan performa melalui panduan penuh dukungan dan pemberdayaan. Supervisi bukan hanya tugas rutin, melainkan semangat untuk pertumbuhan dan keunggulan dalam dunia pendidikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI