Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksplorasi Konsep Modul 2.3-2.2 Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

19 November 2023   19:29 Diperbarui: 19 November 2023   19:32 21127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi coaching https://www.pexels.com/

Eksplorasi Konsep Modul 2.3-2.2 mengajak kita untuk mendalami Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching dalam konteks pengembangan diri dan kemampuan komunikasi. Modul ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana fokus pada coachee, sikap terbuka, kesadaran diri, dan identifikasi peluang baru dapat menjadi dasar yang solid untuk membimbing dan mendukung perkembangan individu. Artikel ini adalah catatan tugas saya, ijin berbagi ya.

Pengantar

Dalam pengembangan kompetensi, segala pendekatan dimulai dengan redengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Salah satu pendekatan yang efektif adalah coaching, yang memulai dengan paradigma berpikir coaching. Coaching memberdayakan guru untuk mencapai otonomi, memungkinkan mereka mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan memodifikasi diri secara mandiri. Paradigma dan prinsip coaching krusial dalam mendukung tujuan ini.

2.2.1 Paradigma Berpikir Coaching

Paradigma berpikir coaching meliputi: 1. Fokus pada coachee (rekan yang akan dikembangkan), 2. Bersikap terbuka dan ingin tahu, 3. Memiliki kesadaran yang kuat, 4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan, merupakan pendekatan yang menekankan pada pengembangan individu melalui pertanyaan, refleksi, dan tindakan. 

1. Fokus pada coachee dalam pengembangan kompetensi menempatkan perhatian utama pada rekan yang dikembangkan, bukan situasinya. Dalam percakapan, guru (coachee) didukung untuk merinci masalah dan menentukan solusi agar murid dapat fokus. Pendekatan ini menghasilkan dialog konstruktif yang membahas hal-hal yang perlu dilakukan agar tujuan, seperti fokus murid pada penjelasan guru, tercapai. Dengan demikian, paradigma ini memberdayakan guru untuk memahami, mengatasi, dan mengembangkan diri mereka sendiri demi kemajuan rekan sejawat mereka sesuai dengan keinginan masing-masing.

2. Sikap terbuka dan ingin tahu dalam pengembangan kompetensi. Sikap ini melibatkan ketidakmenganalisis, ketidakmenghakimi, dan ketidakmenghakimi, memungkinkan penerimaan pemikiran tanpa emosi. Pertahankan rasa ingin tahu terhadap perspektif orang lain. Sikap netral diperlukan, dan jika timbul penghakiman, ubah menjadi pertanyaan hati-hati. 

Memelihara rasa ingin tahu mendukung pemahaman terhadap situasi rekan. Menjaga dialog konstruktif dengan pertanyaan seperti, "Apa yang membuat Anda berpikir demikian?" memperkaya komunikasi. Paradigma ini menjadi dasar dalam Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.

3. Kesadaran diri yang kuat dalam pengembangan kompetensi. Kesadaran diri yang baik memungkinkan pemahaman terhadap perubahan selama percakapan dengan rekan sejawat. Kemampuan menangkap emosi dan energi yang muncul, baik dari diri sendiri maupun rekan, menjadi kunci. 

Paradigma ini menciptakan landasan untuk mengembangkan kompetensi coaching, yang akan dibahas lebih lanjut dalam bagian Kompetensi Coaching. Kesadaran diri yang kuat memperkaya pengalaman komunikasi dan memfasilitasi pengelolaan dinamika percakapan dengan lebih efektif.

4. Kemampuan melihat peluang baru dan fokus pada masa depan. Coaching mendorong individu untuk mengidentifikasi dan membawa rekan sejawat melihat peluang perkembangan. Fokus pada solusi dan pertanyaan terkait masa depan memotivasi perubahan positif. Dengan menitikberatkan pada situasi ideal di masa depan, coaching menginspirasi semangat dan kreativitas.

 Pertanyaan seperti "Situasi ideal apa yang Anda inginkan di masa depan?" memandu rekan sejawat untuk mengidentifikasi pilihan dan peluang baru. Paradigma ini menjadi dasar dalam Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA, mengarah pada transformasi positif dan orientasi perubahan.

2.2.2 Prinsip Coaching

 ICF mendefinisikan coaching sebagai kemitraan kreatif yang menggugah pikiran dengan klien, mendorong maksimalisasi potensi pribadi dan profesional. Tiga prinsip utama coaching adalah kemitraan, proses kreatif, dan peningkatan potensi, yang dapat digunakan dalam interaksi untuk memberdayakan orang lain.


1. Kemitraan

Prinsip coaching pertama adalah kemitraan, di mana coach dan coachee dianggap setara. Coachee menjadi sumber belajar untuk dirinya sendiri, sementara coach menjadi rekan berpikir yang membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Kesetaraan dibangun melalui rasa percaya diri dan rendah hati. Coach menyesuaikan diri dengan rekan yang dikembangkan, memberikan keutamaan pada tujuan coachee. Pertanyaan seperti "Apa yang ingin Anda kembangkan?" membangun kemitraan dan memastikan motivasi dan komitmen coachee. Prinsip ini menunjukkan bahwa pengembangan rekan didasarkan pada kemitraan yang memahami dan mendukung tujuan individu.

2. Proses Kreatif

Prinsip kedua dalam coaching adalah proses kreatif, di mana coach memandu coachee dari situasi saat ini ke masa depan yang diinginkan. Percakapan dua arah memicu pemikiran coachee, memetakan situasi, dan menghasilkan ide-ide baru. Kemitraan ini memungkinkan coachee menjadi otonom dengan merenungkan dan mengembangkan kesadaran diri. Dalam contoh, seorang guru yang menjadi coach membantu rekan sejawatnya mengembangkan kompetensinya dalam memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam. Pertanyaan kreatif memandu coachee untuk merinci tujuan dan menghasilkan ide-ide baru, menciptakan proses pembelajaran yang lebih inklusif dan efektif.

3. Memaksimalkan Potensi

Prinsip ketiga dalam coaching adalah memaksimalkan potensi, diakhiri dengan rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan. Percakapan menghasilkan rencana yang paling mungkin dan sukses. Pertanyaan seperti "Apa yang akan Anda lakukan setelah sesi ini?" membantu rekan sejawat merencanakan langkah selanjutnya. Kesimpulan yang dipaparkan oleh rekan yang dikembangkan menggambarkan pandangan baru dan simpulan dari percakapan. Pertanyaan seperti "Apa yang bisa Anda simpulkan?" memfasilitasi refleksi dan memastikan pemahaman. Prinsip ini menciptakan tanggung jawab penuh dan memastikan rekan sejawat melangkah maju dengan rencana tindak lanjut yang terfokus.

Refleksi Diri Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching


Paradigma berpikir coaching dan prinsip coaching adalah metode untuk mendukung pengembangan diri dengan menggunakan pertanyaan, refleksi, dan tindakan. 

Paradigma berpikir mencakup fokus pada coachee dari 7 menjadi 10, sikap terbuka dari 6 menjadi 10, kesadaran diri dari 8 menjadi 10, dan orientasi pada peluang masa depan dari 7 menjadi 10. Prinsip coaching mencakup kemitraan, proses kreatif, dan maksimalisasi potensi. Untuk merenungkan penerapan paradigma dan prinsip tersebut, evaluasi sejauh mana telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu menentukan langkah-langkah peningkatan yang diperlukan.

2.2.3 Prinsip dan Paradigma Berpikir Coaching dalam Supervisi Akademik


Paradigma berpikir coaching dan tiga prinsip coaching telah menjadi landasan bagi kita dalam memberdayakan rekan sejawat. Dalam konteks supervisi akademik di sekolah, kita perlu memahami bagaimana prinsip dan paradigma berpikir coaching dapat diterapkan. Supervisi akademik seringkali berkaitan dengan evaluasi, namun apakah kita bisa sekaligus memberdayakan? 

Costa dan Garmston (2016) menunjukkan bahwa melalui pendekatan coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi yang terfokus pada tujuan, kita dapat mencapai hasil yang diharapkan. Namun, sebagai coach, kita harus mengambil posisi mendengarkan sebelum menentukan tujuan, memastikan pendekatan memberdayakan sepanjang proses. Penyelidikan lebih lanjut akan mengungkapkan bagaimana coaching secara spesifik dapat diterapkan dalam konteks supervisi akademik. Tabel perbandingan dengan pendekatan lainnya membantu memahami perbedaan dalam upaya memberdayakan potensi di komunitas sekolah.

Refleksi

1. Setelah mempelajari prinsip dan paradigma berpikir coaching, apa yang sudah Bapak/Ibu lakukan yang selaras dengan prinsip dan paradigma tersebut dalam mengembangkan kompetensi rekan sejawat?


Jawaban saya:
Untuk mengembangkan kompetensi rekan sejawat, saya akan menerapkan prinsip dan paradigma berpikir coaching. Langkah-langkah melibatkan fokus pada coachee, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, serta melihat peluang baru dan masa depan. Dengan menggunakan pendekatan ini, saya akan membantu rekan sejawat untuk mengembangkan kompetensinya melalui pertanyaan, refleksi, dan tindakan.

Sebagai serangkaian konsep yang menginspirasi, Modul 2.3-2.2 Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching memberikan dasar yang kokoh untuk memahami esensi coaching dalam membentuk hubungan yang memotivasi dan membimbing pertumbuhan. Dengan menyusun paradigma berpikir dan prinsip coaching, kita membangun fondasi yang kuat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang penuh semangat dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun