Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Persepsi Peserta Didik bagi Perkembangan Kantin Kejujuran

19 Desember 2022   12:07 Diperbarui: 20 Desember 2022   01:01 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantin Kejujuran (Pexels.com/Mike Van Schoonderwalt)

Saat kita dihadapkan pada sebuah gambar ilustrasi, memperlihatkan suasana kantin yang lengang dan sepi. Kita melihat tidak ada seorang pun di sana, bahkan tanpa penjaga. 

Hanya ada beberapa slogan yang tertempel di dinding kantin, ditulis dengan huruf besar, nyaris seperti sebuah pemberitahuan. "Jajanlah dengan jujur". 

Pemandangan kantin terlihat rapi dan teratur, stok makanan yang dijual tampak beraneka ragam tertata apik di rak storage dan etalase. Ada juga makanan dan minuman dingin di lemari pendingin. 

Bahkan, kue-kue basah yang masih hangat pun tersaji menarik, tertutup wadah transparan, tampak menggiurkan tapi higienis. Tahukah kita, berdasarkan apa yang dilihat dan dibaca tersebut. Bahwa kantin ini tentulah kantin kejujuran. 

Pertanyaannya?

Berdasarkan apa yang kita lihat, dengar dan rasakan dari  gambar tersebut. Jika uang jajan kita hanya sedikit atau terbatas untuk membeli beberapa buah gorengan saja. Sedangkan, dari rumah tadi perut kita belum terisi makanan sama sekali. Sesuai dengan persepsi yang terbentuk dalam pikiran kita. Kira-kira apa yang akan kita lakukan?

Saat kita memutuskan untuk jajan di kantin kejujuran. Maka, akan tersedia dua pilihan dalam benak kita. Pertama, uang aman, perut kenyang, namun hati tidak tenang. 

Itu artinya, kita mengambil makanan hingga perut kenyang, tapi uang yang ada pada kita tidak jadi ditaruh di kotak uang yang sudah tersedia di sana. Bisa juga uang tersebut disimpan di kotak, tapi tidak sesuai dengan jumlah barang yang diambil alias 'Darmaji'. 

Istilah ini pernah populer pada tahun 1990-an, saat belum ramai tentang program kantin kejujuran. Bahwa peserta didik jajan di kantin, ambil makanan umpama goreng pisang, bakwan, kerupuk, dan lain-lain. 

Saat mau bayar, berkata kepada penjual, "Tadi saya makan bakwan satu."  Padahal, yang dimakan itu sebenarnya ada lima. Nah, itulah yang dinamakan Darmaji, akronim dari 'dahar lima ngaku hiji'.

Kedua, uang yang ada di saku habis dipakai buat bayar, hanya mendapat dua buah gorengan saja. Masih lapar sih, tapi hati terasa tenang. Itu artinya, kita memilih untuk bertindak jujur. 

Ada atau tidak ada penjaga di sana, kita tetap menjaga kejujuran. Walau sebenarnya, peluang untuk berlaku curang dalam keadaan tersebut sangat besar. Tapi, kita memilih untuk melakukan hal terbaik sesuai hati nurani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun