Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi dimulai dari saat seorang individu melihat suatu obyek yang ada di depannya.Â
Berdasarkan proses penginderaan dengan melihat, mendengar, merasakan melalui sentuhan tangan, merasakan dengan hati. Akhirnya akan muncul keyakinan, kesan, dan pendapat yang terekam dalam pikiran.
Semua kesan yang ditangkap tersebut ditafsirkan oleh akal sehingga saat menjadi tindakan akan memberikan makna dan manfaat. Baik bagi diri orang tersebut, maupun bagi lingkungannya.
Sebagai contoh, saat kita melihat di hadapan kita banyak sampah yang berserakan, tercium bau busuk yang menyengat, terdengar suara lalat berdengung mengerumuni kotoran tersebut. Maka, akan muncul persepsi dalam pikiran kita. Bahwa, ternyata sangat tidak nyaman dan tidak enak kalau lingkungan banyak sampah.Â
Lalu, dari persepsi tersebut akan mendorong kita untuk bertindak melakukan suatu kegiatan yang bermakna dan bermanfaat, misal memungut sampah-sampah tersebut dan membersihkannya.
Bagaimana cara kita mengetahui persepsi dari peserta didik?
Mungkin akan muncul pertanyaan bagaimana cara kita mengetahui persepsi dari peserta didik terkait kantin kejujuran. Sebagai pendidik, hal ini dapat kita ketahui dengan beberapa cara. Pertama, kita melakukan wawancara sederhana terkait beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kantin kejujuran.
Umpama kita mengajukan beberapa pertanyaan yang bersifat terbuka, menanyakan pendapat, bagaimana sikap peserta didik, dan lain-lain yang ada hubungannya dengan kantin kejujuran.Â
Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang bersifat terbuka.
1. Bagaimana pendapat kamu tentang kondisi kantin kejujuran yang ada di sekolah kita?
2. Hal apa yang menurut kamu perlu diperbaiki dari kondisi kantin kejujuran yang ada di sekolah kita?
3. Akhir-akhir ini, kantin kejujuran di sekolah kita terus merugi. Ada indikasi banyak peserta didik yang melakukan kecurangan, yakni jajan dengan tidak membayar. Menurut pendapat kamu, bagaimana cara mengatasinya?