"Pergi, ya Ma! Adek! Muah ..."Â
Sun jauh yang sangat menyebalkan. Sepeninggal suami pergi menyalurkan hobi dan kegemarannya. Istri ngelosor di dinding. Badan terasa lemah letih lesu. Energi jiwa terseret ke pusaran bumi.Â
Anak dari tadi belum berhenti menangis, balap kenceng dengan suara mesin cuci, suara burung dari rumah tetangga, dan suara tukang sayur menjajakan dagangannya. Benar-benar weekend yang dramatis, lebih menguras air mata daripada drama Korea The World of The Marriage.
"Begini amat nasibku Tuhan, ingin rasanya kembali ke masa-masa di mana kesulitan itu hanyalah mengerjakan tugas matematika.Â
Itulah, sepenggal drama yang mungkin saja terjadi, saat suami ngotot pergi ke luar rumah. Demi memanjakan dirinya, hingga weekend itu bukan lagi jatah family time. Tapi, me time, millis time, dan gengs time. Entahlah.
Sejak kecil, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kegemaran atau hobi masing-masing. Hal itu terlihat melalui permainan yang menjadi favorit mereka. Umpama, perempuan senang main boneka, masak-masak, shoping, dan lain-lain. Sedangkan laki-laki menyukai main kelereng, mobil-mobilan, robot, bola, dan lain-lain.
Hobi atau kegemaran masa kecil tersebut akan terbawa hingga dewasa. Tapi, mungkin dalam wujud yang berbeda, dan harga yang berbeda pula. Lebih mahal, menguras waktu, dan menjadi tidak terkendali.
Terkait dengan hobi ini, ada sebuah quote yang mengatakan:
Boys will be boys, artinya anak laki-laki akan tetap menjadi anak laki-laki, meskipun ia sudah dewasa.
Dengan kata lain, suami kita hari ini adalah seorang bocah laki-laki yang terperangkap dalam tubuh dewasa. Jumlah hitungan usia, pengalaman, pertumbuhan badan, dan adanya anak yang membutuhkan figur dan tauladan dari mereka sebagai ayah. Semua itu tidak akan mampu mengubah anak laki-laki itu menjadi dewasa.Â