Usahakan pada 10 tahun pertama, untuk fokus pada satu cicilan saja, umpama: cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
2. Gunakan Pendapatan yang lebih besar untuk ditabung
Aturan selanjutnya yang harus diterapkan secara konsisten, adalah hanya gunakan pendapatan yang lebih besar untuk ditabung. Jadi, selain 20 persen dari pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan, kita alokasikan ke tabungan, dan investasi.Â
Pendapatan yang lebih besar, umpama gaji suami atau istri yang jumlahnya lebih besar, semua langsung dialokasikan ke tabungan.
Buatlah sebuah rekening mati di bank, yakni rekening tanpa ATM atau investasikan uang gaji itu di reksa dana pasar uang. Kita bisa memakai teknik Dollar Cost Average (DCA) atau menabung rutin. Kenapa memilih reksa dana pasar uang?Â
Karena, risikonya cukup kecil atau nyaris tanpa risiko merugi, serta grafiknya terus naik di setiap bulannya. Jadi, risiko kehilangan uang akibat inflasi dan naik turun harga saham dapat diminimalisir.
Tujuan dari menyimpan semua gaji yang lebih besar ini, adalah untuk memenuhi target rencana finansial kita. Umpama target memiliki rumah yang refresentatif, membeli tanah, dana untuk modal bisnis, investasi ruko, emas, atau membeli kendaraan. Bila kita memiliki tabungan dalam jumlah yang cukup.Â
Maka, saat ada penawaran, seperti rumah dijual, tanah dengan lokasi strategis dijual. Kita akan mudah untuk memilikinya. Tinggal ambil uang dan membayarkannya. Apabila, ada sedikit kekuarangan, kita bisa meminjamnya ke koperasi perusahaan dengan jumlah tidak terlalu banyak.
3. Ciptakan pendapatan yang lain berupa pasif income
Jangan cepat merasa puas hanya dengan mengandalkan satu pendapatan untuk memenuhi semua kebutuhan. Karena, beberapa tahun ke depan jumlah tanggungan akan bertambah.Â
Ada kemungkinan kelahiran anak pertama, harus sudah dipikirkan bila istri resign karena fokus mengurus anak. Dari mana, kita akan menutupi untuk biaya kebutuhan. Bila gaji suami dipakai untuk dana tabungan.Â