Tetapi, tampilkanlah versi terbaik diri kita saat mengenakan kebaya. Jika biasanya bertingkah pecicilan. Ya, sekali-kali saat pakai kebaya, kita tampilkan keanggunan.
3. Jaga lisan dengan berbicara santun dan lemah lembut.
Alangkah lebih eloknya, bila ketika berkebaya, kita juga melatih lisan kita untuk berbicara secara lemah-lembut, sopan, dan mengutamakan tatakrama.
Karena, orang yang kita temui pada saat itu merupakan para tetamu penting. Bukan saja sahabat karib, yang biasa berbicara dengannya menggunakan bahasa nyablak alias seenak gue.
Saat acara-acara resmi dan sakral seperti pernikahan, wisuda, pelantikan, dan lain-lain. Kita akan dituntut untuk mengikuti susunan acara secara khidmat dan khusyu.
Itu menjadi momen yang sangat penting, bagaimana kita menahan diri untuk tidak berbisik-bisik kepada orang yang berada di sebelah kita, tidak tertawa cekikikan saat prosesi, dan tidak menggunjing penampilan orang lain.
Fokuslah menjadi pribadi yang elegan dan menghargai acara tersebut. Agar kebaya yang kita kenakan, tampil mempesona memancarkan aura kecantikan dari dalam jiwa.
4. Menghargai orang lain dan tidak egois.
Kebaya yang kita kenakan akan dapat memancarkan inner beauty, jika kita sebagai pemakainya memiliki kepribadian yang baik, menghargai orang lain,dan tidak egois, alias ingin menang sendiri.
Sikap tersebut memang tidak akan muncul serta-merta, begitu kita memakai kebaya, Taraa langsung simsalabim menjadi orang yang bersikap baik.
Sikap positif harus dipupuk sejak dini, dilatih dan dibiasakan hingga menjadi sebuah karakter yang melekat dan menjadi brand bagi kepribadian kita.