Pasangan dari baju kebaya tersebut adalah kain jarik yang dijahit menyerupai sarung yang bisa dilipat, diputar, lalu bagian atasnya diselipkan di pinggang, agar tidak mudah melorot. Tidak dilamban rapi seperti jariknya Ibu Ageung.
Meskipun, sama-sama memakai kebaya setiap hari. Namun, aura inner beauty yang ditampilkan nenek dan Ibu Ageung terasa berbeda bagi saya.
Mungkin ada hubungannya dengan intelektualitas, penampilan, dan juga bahan baku kebaya yang digunakan.
Karena, pada jaman Belanda untuk bisa masuk ke Indonesia dengan aman. Maka, para perempuan bangsa Belanda harus menggunakan kebaya. Oleh sebab itu, banyak jenis kebaya yang dibuat dari bahan-bahan yang bagus seperti sutra, serat nanas, dan lain-lain.
Untuk membedakan dengan masyarakat biasa. Maka, dibuatlah jenis kebaya berbahan kain murah seperti kain mori, dengan model sangat sederhana, nyaris tanpa aksesoris.
Tidak semua perempuan memiliki inner beauty. Itu karena, inner beauty merupakan kecantikan jiwa yang terpancar dari dalam diri seorang perempuan. Tidak harus memiliki fisik dan wajah cantik, untuk dapat memancarkan aura inner beauty.
Perempuan dengan wajah yang buruk sekali pun. Akan tampak cantik, bila ia memiliki kebaikan hati, kasih sayang, menghargai sesama, dan lain-lain.
Inner beauty juga tidak seperti kecantikan fisik yang rentan rusak dan hilang dimakan usia. Inner beauty akan tetap terpancar indah, meskipun seorang perempuan menjadi tua, keriput, dan tidak cantik lagi.
Agar inner beauty terpancar saat memakai kebayaÂ
Bila kita ingin terlihat cantik alami saat menggunakan kebaya di hari-hari spesial. Maka ada beberapa hal yang wajib diperhatikan.