Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menanam Sekarang Juga, Kunci Sukses Hidup di Negara Agraris

27 Agustus 2022   02:47 Diperbarui: 28 Agustus 2022   20:00 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menanam/Kolase - Dok. Pribadi

Buktinya, cabai buat sambal saja kita harus beli. Tomat, bawang daun, bawang merah, bawang putih, serai, bahkan sayuran seperti kemangi, sawi, dan lain-lain yang sebenarnya bisa kita tanam sendiri dan dapat tumbuh dengan begitu mudah. Namun, kita harus membelinya untuk bisa dikonsumsi sehari-hari.

Ada beragam faktor yang menjadi penyebab mengapa semua ini bisa terjadi.

Pertama, masyarakat kita memiliki pola pikir ingin serba praktis. Sehingga, menganggap bahwa menanam itu tidak praktis, mengeluarkan tenaga, dan biaya. Selain itu, memakan waktu yang lama sebagai proses dari menanam hingga panen. 

Dari mulai harus menebar benih, menunggu benih sprout, memindahkan benih ke tempat yang lebih luas, memupuk, menyiangi, menunggu tanaman berbuah, hingga panen memerlukan waktu tunggu yang tidak sebentar. 

Daripada harus menjalani proses selama itu. Membeli kepada Abang sayur adalah solusi yang dapat dikatakan lebih praktis. Dengan uang lima ribu rupiah, kita akan langsung mendapat cabai, tomat, dan bawang yang kita inginkan.

Kedua, rasa malas. Hanya sedikit dari kita yang merasa sayang membuang potongan akar seledri dan bawang daun, lalu dengan sukarela dan sedikit tenaga mau menancapkan kedua batang tanaman tersebut dalam tanah yang ditampung dalam botol bekas. 

Dengan harapan suatu hari nanti, tanaman tersebut akan berbakti memberikan tunasnya untuk dapat kita petik dan menjadi teman bagi ceplok telur yang kita buat di pagi hari.

Seperti juga saya. Terkadang rasa enggan dan perasaan tidak mau ribet itu menguasai pikiran. "Nanti saja lah, belum tentu juga apa yang ditanam itu tumbuh. Bagaimana kalau busuk, malah lebih berabe". Itu kata suara hati yang diliputi rasa malas.

Padahal, bila kita rajin dan mau sedikit meluangkan tenaga, menyingsingkan lengan baju, dan menancapkan sisa sayur dalam tanah dan ditaruh di pekarangan. Setidaknya, untuk sayur hari ini, kita tidak harus direpotkan untuk mengejar Abang sayur.

Oleh karena itu, agar kita tidak disebut sebagai masyarakat yang gagal hidup di negara agraris. Ada beberapa kunci sukses yang harus kita lakukan, sekarang juga. Tidak bisa menunda-nunda lagi. 

Karena, saat ini kita sudah berada pada tahap darurat agraris. Ya, bagaimana tidak sekarang harga cabai sedang tidak baik-baik saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun