Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan adalah Ibu bagi Peradaban

6 Agustus 2022   16:33 Diperbarui: 6 Agustus 2022   16:47 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi seorang ibu |Pexels.com/Creation Hill

Saat mengaji di surau, ustad selalu berpesan di akhir pelajaran, "Jangan sekali-kali melawan kepada orang tua, apalagi kepada ibu. Karena kalau kita durhaka kepada ibu, 'ka luhur moal sirungan, ka handap moal akaran' (artinya hidup kita tidak akan berkembang, tidak akan berkah, apalagi dapat mencapai kesuksesan).

Pepatah itu menjadi ajimat bagi saya, selalu diingat dan berusaha diamalkan. Saya selalu menuruti dan mengikuti semua pepatah orang tua, terutama ibu. Karena, saya yakin sesuai dengan hadits yang dikatakan Rasulullah Saw., bahwa, "Ridho Allah Swt., bergantung pada ridho orang tua."

Saat kita berusaha untuk berbakti, hormat, dan menyenangkan orang tua, terutama ibu. Maka, apa pun yang kita inginkan akan terasa mudah untuk didapatkan. Ibu bagi manusia adalah rahim yang selalu menyediakan kasih sayang, tidak pernah lekang hingga akhir jaman.

Ibu dalam peribahasa Sunda

Dalam peribahasa Sunda, akan kita temui beberapa kalimat yang memuat kata 'indung' seperti pada kalimat, "Indung tunggulna rahayu, Bapa tangkalna darajat". Artinya, tiada kebahagiaan, keselamatan, dan kesejahteraan tanpa doa dari ibu dan bapak. "Indung nu ngakandung, bapa nu ngayuga", artinya tidak akan ada anak, tanpa kasih sayang ibu dan bapak. 

"Miindung ka waktu, mibapa ka jaman". Artinya, sebagai masyarakat Sunda, kita memiliki cara, ciri, dan keyakinan masing-masing. Tetapi, tidak akan melawan perubahan jaman, akan tetap mengikutinya.

Dalam ketiga peribahasa tersebut, indung selalu didahulukan dari bapak. Hal itu disebabkan oleh citra perempuan dalam masyarakat Sunda sudah melekat dalam kebudayaannya. Tidak dapat dilepaskan begitu saja dari nilai-nilai dan penghargaan masyarakat akan keberadaan seorang ibu. 

Perempuan, istri, dan ibu memiliki kedudukan, dan peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Sunda.

Sejalan dengan ajaran agama yang lebih mendahulukan ibu daripada bapak. Seperti terungkap dalam hadits, saat Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat.  "Ya Rasul, siapakah orang yang harus aku hormati di dunia ini?" Rasul menjawab, "Ibumu." 

Kemudian sahabat bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasul menjawab, "Ibumu." Kemudian, "Siapa lagi, ya Rasul?" Rasul menjawab, "Ibumu." Lalu, laki-laki itu bertanya lagi, "Kemudian setelah itu siapa, ya Rasul?" Rasul menjawab, "Bapakmu."

Begitu pun dalam konteks budaya Sunda, menurut budayawan dan sejarawan Edi S. Ekadjati, bahwa : "Ari munjung ulah ka gunung, muja ulah kanu bala ; ari munjung kudu ka indung, muja mah kudu ka bapa." (Yang harus disembah itu bukanlah gunung atau tempat angker, melainkan ibu dan ayah).

Ibu dalam berbagai istilah

Citra perempuan sebagai seorang ibu, dapat kita lihat juga dalam sebutan ibu pertiwi, bupati, bahasa ibu, hari ibu (walaupun sekarang ada juga hari ayah), dan ibu-ibu yang lainnya. Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan seorang ibu sangatlah penting. 

Sehingga dalam bahasa pun, dikenal sebutan bahasa ibu, bukan bahasa ayah.

Bahasa ibu atau mother tongue merupakan bahasa pertama yang dikenal dan dikuasai oleh seorang anak, sebagai hasil interaksi antara dia dengan ibunya, keluarga, dan masyarakat di lingkungannya. 

Keterampilan berbahasa mengikuti bahasa ibunya itu akan mengantarkan seorang anak menjadi penutur asli dari bahasa tersebut, kala ia dewasa.

Saking krusialnya persoalan tentang pentingnya seorang anak berbicara dengan bahasa ibunya. Dunia internasional melalui UNESCO pun sudah memproklamirkan bahwa tanggal 21 Februari diperingati sebagai Mother Tongue days atau hari bahasa ibu Internasional. 

Seluruh dunia, pada tanggal tersebut diwajibkan untuk berbicara menggunakan bahasa daerah, sebagai bahasa ibu pertama mereka.

Nusantara, negara kita tercinta republik Indonesia ini sering kita sebut dengan ibu pertiwi. Berasal dari bahasa Sansekerta, Dewi Prthvi lalu dalam pelapalan masyarakat Indonesia berubah menjadi Dewi Pertiwi. Istilah ini sudah dikenal sejak dahulu, pada jaman Hindu-Budha di nusantara. 

Ibu pertiwi merujuk pada perumpamaan atau majas personifikasi tentang negara Indonesia. Dewi Pertiwi dalam agama Budha disebut sebagai dewi bumi yang menjaga, mengurus, dan melindungi lingkungan.

Ibu bagi peradaban

Seorang perempuan memiliki peran yang amat luhur dan mulia, yakni sebagai ibu bagi peradaban. Bierens de Haan mengemukakan  bahwa peradaban segala kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan teknis. 

Peradaban juga dapat diartikan sebagai segala bentuk kemajuan yang dicapai oleh suatu masyarakat atau bangsa meliputi kemajuan dalam ilmu pengetahuan, seni, sastra, maupun sosial, di dalam masyarakat.

Tugas ibu dalam memajukan peradaban sejatinya adalah dengan cara menjadi ibu yang sholehah. 

Dengan begitu, maka anak-anak yang lahir dari rahim perempuan yang taat beragama, berakhlak mulia, dan memiliki jiwa yang tenang akan menjadi generasi yang tangguh dan kuat. Oleh karena itu, seorang perempuan dituntut untuk memperbaiki dirinya terlebih dahulu, menambah pengetahuan, meningkatkan kompetensi, dan memiliki karakter dan akhlak yang mulia.

Seperti di negara Jepang, dikenal istilah Kyouiku Mama, artinya seorang ibu yang memiliki harapan yang tinggi masa depan anaknya serta tekun dengan mengantar anak-anaknya ke juku, maupun ke tempat anak-anak melakukan hobinya. 

Juku dalam bahasa Indonesia artinya tempat les, bimbingan belajar atau lembaga pendidikan swasta yang menawarkan kelas tambahan sebagai persiapan untuk ujian masuk ke sekolah utama.

Dalam agama Islam, ada hadits yang menegaskan tentang peran seorang ibu, bahwa ibu adalah sekolah (madrasah) pertama bagi anak-anaknya. 

Tatkala seorang ibu mendidik anaknya dengan baik, menyiapkan anak-anak untuk menjadi generasi yang tangguh di masa depan. Maka, dapat dikatakan bahwa ibu tersebut telah mempersiapkan sebuah peradaban yang baik dan kokoh bagi bangsa dan negaranya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun