Begitu pun dalam konteks budaya Sunda, menurut budayawan dan sejarawan Edi S. Ekadjati, bahwa : "Ari munjung ulah ka gunung, muja ulah kanu bala ; ari munjung kudu ka indung, muja mah kudu ka bapa." (Yang harus disembah itu bukanlah gunung atau tempat angker, melainkan ibu dan ayah).
Ibu dalam berbagai istilah
Citra perempuan sebagai seorang ibu, dapat kita lihat juga dalam sebutan ibu pertiwi, bupati, bahasa ibu, hari ibu (walaupun sekarang ada juga hari ayah), dan ibu-ibu yang lainnya. Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan seorang ibu sangatlah penting.Â
Sehingga dalam bahasa pun, dikenal sebutan bahasa ibu, bukan bahasa ayah.
Bahasa ibu atau mother tongue merupakan bahasa pertama yang dikenal dan dikuasai oleh seorang anak, sebagai hasil interaksi antara dia dengan ibunya, keluarga, dan masyarakat di lingkungannya.Â
Keterampilan berbahasa mengikuti bahasa ibunya itu akan mengantarkan seorang anak menjadi penutur asli dari bahasa tersebut, kala ia dewasa.
Saking krusialnya persoalan tentang pentingnya seorang anak berbicara dengan bahasa ibunya. Dunia internasional melalui UNESCO pun sudah memproklamirkan bahwa tanggal 21 Februari diperingati sebagai Mother Tongue days atau hari bahasa ibu Internasional.Â
Seluruh dunia, pada tanggal tersebut diwajibkan untuk berbicara menggunakan bahasa daerah, sebagai bahasa ibu pertama mereka.
Nusantara, negara kita tercinta republik Indonesia ini sering kita sebut dengan ibu pertiwi. Berasal dari bahasa Sansekerta, Dewi Prthvi lalu dalam pelapalan masyarakat Indonesia berubah menjadi Dewi Pertiwi. Istilah ini sudah dikenal sejak dahulu, pada jaman Hindu-Budha di nusantara.Â
Ibu pertiwi merujuk pada perumpamaan atau majas personifikasi tentang negara Indonesia. Dewi Pertiwi dalam agama Budha disebut sebagai dewi bumi yang menjaga, mengurus, dan melindungi lingkungan.
Ibu bagi peradaban