Tidak mudah bagi saya untuk mengundurkan diri begitu saja. Akhirnya, saya putuskan membawa anak ke sekolah. Terkadang sesekali saya titipkan dia pada saudara, walau jarak antara rumah kami agak jauh. Tapi, bagaimana lagi. Mencari pembantu yang benar-benar sayang pada anak kita itu rasanya sulit sekali. Walau terasa capek dan menguras tenaga, karena harus antar jemput. Hal demikian berlanjut beberapa bulan.
Hingga akhirnya, saya kembali mendapatkan pembantu untuk mengasuh anak saya. Alhamdulillah, dia sangat perhatian, sayang, dan telaten merawat anak saya. Â
Dia adalah tetangga saya, rumahnya tepat sekali di pinggir rumah kami. Meski usianya sudah 57 saat itu. Namun, beliau masih kuat untuk mengasuh anak saya yang sedang aktif-aktifnya.
Ketiga, usia tua dan sakit-sakitan. Pembantu yang kedua, saat anak ketiga kami lahir, usianya menjelang 70, beliau mulai uzur dan sering mengeluh sakit. Lebih dari itu, kondisi suaminya pun membutuhkan perawatan istrinya. Karena, beberapa bulan belakangan, penyakit diabetes yang dideritanya, membuat beliau kesulitan melihat dan berjalan, serta beberapa kali harus dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, dengan sangat terpaksa, beliau minta berhenti.
Padahal, anak saya yang ketiga saat itu baru saja lahir. Saya kembali merasa kelimpungan. Bagaimana, jika saat masa cuti habis. Saya belum mendapatkan pembantu untuk mengasuh anak saya?
Sebenarnya, ada beberapa orang yang datang menawarkan jasanya untuk mengasuh anak saya. Ada rekomendasi juga dari teman tentang orang yang mau mengasuh anak saya. Namun, kendala jarak serta trauma saya tentang pengasuh pertama yang melakukan kekerasan membuat kami tidak begitu saja menerima.
Alhamdulillah, tepat di akhir masa cuti ada tetangga yang datang ke rumah. Beliau menawarkan diri untuk mengasuh anak saya. Sebenarnya, sudah lama saya menginginkan dia untuk mengasuh anak saya.
Tapi, saat itu saya tidak berani memintanya bekerja. Karena, beliau sedang dalam kontrak kerja dengan orang lain. Qodarulloh, majikan dia yang pertama, katanya sudah tidak membutuhkan lagi pengasuh karena anaknya sudah besar, bisa ditinggal sendiri.Â
Akhirnya, saya menemukan kembali pengasuh, yang menurut saya tepat. Beliau sangat perhatian dan sayang pada bayi kami. Saat ini, sudah berjalan tiga tahun beliau bekerja pada kami.
Tidak banyak beban kerja yang saya berikan kepada mereka, sebatas mengasuh bayi kami, dan menyetrika pakaian jika sempat. Karena, mencuci pakaian, mengepel, mencuci piring, dan memasak. Sudah saya lakukan pada malam hari. Jadi, saat pukul enam pagi saya berangkat kerja, semua pekerjaan sudah beres. Pembantu tinggal memandikan bayi, memberi makan, membuat susu, mengajak main, dan menyetrika.
Untuk waktu kerja, saya biasakan mereka pulang pada pukul tiga sore. Kadang kalau saya sedang santai, dan pekerjaan sudah beres. Saya persilakan pembantu pulang. Ada beberapa bahan makanan yang diberikan kepada mereka saat pulang, berupa mie dan makanan lain yang saya beli dari sepulang sekolah.