Kita tidak dapat menyandarkan rasa berharga pada pengakuan dari orang lain. Karena, pengakuan itu bersifat sementara. Dia relatif dan tidak permanen. Jika hari ini, kita diakui sebagai orang yang berprestasi. Besok belum tentu, kan? Apalagi, jika esok hari kita gagal.Â
Maka, pengakuan itu akan lenyap. Kecuali, mungkin pengakuan dari orang lain, bahwa kita adalah orang yang gagal.Â
Menurut saya, itu bukan pengakuan, ya. Tapi, lebih mengarah ke judgement atau penghakiman.
Berharga karena Allah menciptakan kita berharga
Self worth atau rasa berharga akan tercipta secara alami dan bersifat permanen. Tatkala sumber dari rasa berharga itu kita kembalikan kepada Sang Maha Pencipta. Bahwa, bukan kita, bukan orang lain yang membuat kita merasa berharga. Tidak ada seorang pun yang mampu membuat kita merasa berharga.Â
Tapi, tanamkan dalam diri dan yakinilah. Saat Allah menciptakan kita, memberi kita kesempatan untuk menjalani dan berproses dalam kehidupan hingga suatu saat yang telah ditentukan, kita harus kembali.Â
Maka, tugas kita adalah berjuang, hiduplah dengan sebaik-baiknya, dan bermanfaatlah semaksimal mungkin. Hanya itu yang dapat kita lakukan. Tidak harus pedulikan omongan orang yang judgement. Biar saja, apa kata mereka.Â
Terus bersikap baik, rendah hati, dan menaburkan biji-biji kebaikan adalah cara kita berterima kasih kepada Sang Pencipta. Karena, sebab Dia-lah kita berharga dan hanya Dia-lah yang ingin kita merasa berharga.
So, katakan pada diri kita sendiri, peluklah diri sendiri dengan erat dan ucapkan dengan lembut, "Kamu berharga, karena Allah ingin kamu berharga."Â
Bravo buat semua Kompasianer tercinta, salam hormat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H