Menurut saya, bukan itu yang menyebabkan kita harus merasa berharga. Karena, jika kita tumpukan self worth atau rasa berharga pada prestasi dan pujian.Â
Maka, saat prestasi itu gagal diperoleh. Saat otak kita menjadi tumpul, bulir pikiran tidak lagi bernas dan menyala. Kita akan terpuruk, jatuh, dan kehilangan rasa berharga.
Tidak dapat dipungkiri, memang prestasi dan pujian adalah penyumbang terbesar rasa berharga pada diri seseorang.Â
Dengan prestasi dan pujian, seseorang akan merasa bahwa dirinya adalah pribadi yang berharga. Dia akan tampil dengan rasa penuh percaya diri. Menghadapi hidup dengan dada membusung, dan dagu terangkat. Ah, sungguh dunia terasa sangat luar biasa.Â
Tapi, perasaan bahagia dan perasaan berharga sejatinya adalah penerimaan yang tulus akan keberadaan diri sendiri. Bukan saja pada potensi dan keunggulannya. Namun, lebih ke bisa menerima apa yang menjadi kekurangan dalam diri kita.
Berharga bukan karena pengakuan orang lain
Betapa bahagia dan berharga diri kita, saat orang menyambut kedatangan kita di tengah-tengah mereka dengan senyuman, pelukan, tawa riang, dan pengakuan bahwa kita memang pantas berada di antara mereka.Â
Pengakuan adalah suatu rasa yang diimpikan banyak orang di dunia ini. Oleh anak kepada orang tua dan sebaliknya. Oleh murid kepada guru dan sebaliknya.Â
Kita semua ingin diakui, keberadaan kita, sikap, sifat, prestasi, kondisi ekonomi, dan lain-lain. Tidakkah kita akan memposting foto tercantik, terbagus, dan terindah di media sosial. Jika kita tidak butuh pengakuan. Betul gak?
Secara naluriah, pengakuan itu sangat penting dan utama bagi tumbuhnya self worth dalam diri seseorang. Akan sepi dunia ini, jika semua orang menyembunyikan diri. Jika semua orang rendah hati, tidak mau keberadaan dirinya diketahui orang lain.Â
Menurut saya, dalam hal pengakuan dari orang lain. Kita juga ingin diakui secara totalitas. Tidak hanya diakui keberhasilannya, keadaan finansialnya, tapi juga orang ingin agar diakui juga perasaannya.