Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Tradisi "Bedugan" sebagai Sistem Waktu Bekerja bagi Buruh Tani

22 Juni 2022   09:30 Diperbarui: 22 Juni 2022   12:06 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan orang tua yang memiliki profesi sebagai petani pun, mereka tidak mau jika anaknya meneruskan pekerjaannya menjadi petani. 

Saya merasa sangat yakin, hanya ada satu orang dari sepersekian juta orang tua yang mengizinkan anaknya untuk menjadi petani. 

Karena, berdasarkan pengalaman, orang tua saya pun yang bertani dari kecil dan terhitung berhasil. Hingga dapat menyekolahkan ketiga anaknya sampai perguruan tinggi. 

Beliau berkata, "Sekolah yang rajin supaya cita-citamu tercapai, jadi guru, dokter, atau polisi. Jangan seperti bapak dan ibu hanya jadi petani." Nah lho.

Perlu aturan yang baku

Terkait sistem waktu kerja yang masih menjadi masalah hingga saat ini. Saya merasa jika hal ini penting untuk memiliki aturan baku yang ditetapkan dan disetujui bersama antara petani dan buruh tani. Bagaimana caranya agar petani dan buruh tani sama-sama diuntungkan. Perlu dibicarakan solusi yang win-win solution. 

Entah mungkin dengan menyepakati akhir kerja bukan lagi berpatokan pada bunyi bedug, tapi pada jumlah berapa lama buruh tani harus bekerja. 

Umpama, jika 6-7 jam, berarti sepakati saja, waktu kerja berakhir pada pukul 13.00. Walau mungkin akan ada sistem tradisi yang tergeser bahkan hilang oleh kebijakan ini.

Opsi lainnya yang dapat dipilih terkait dengan upah kerja. Apakah akan ada penambahan atau tetap, jika buruh bekerja hingga pukul 13.00. 

Hal ini juga penting untuk dimusyawarahkan. Ibu saya bahkan berani untuk menambahkan upah sebesar Rp 5.000, bila buruh tani dapat menyelesaikan semua pekerjaan saat lewat beberapa menit dari bunyi bedug.

Bedugan sebagai kearifan lokal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun