Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Tradisi "Bedugan" sebagai Sistem Waktu Bekerja bagi Buruh Tani

22 Juni 2022   09:30 Diperbarui: 22 Juni 2022   12:06 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerja yang terorganisir

ilustrasi buruh tani |Tribunnews.com
ilustrasi buruh tani |Tribunnews.com
Sebagai salah satu lumbung padi nasional, Banten telah memiliki sistem perekrutan dan penyediaan pekerja yang terorganisir. 

Setiap 30 orang pekerja dipimpin oleh seorang koordinator. Jadi, ketika seorang petani membutuhkan pekerja untuk mengerjakan lahan, menanam, dan menyiangi tanaman, hingga melakukan pemupukan, dan panen. 

Maka, dia tidak harus menghubungi pekerja satu persatu. Tinggal hubungi saja koordinatornya, dijamin 30 orang pekerja itu akan datang tepat pada waktunya. 

Ketika bekerja, mereka juga sudah dilengkapi dengan seragam yang menandakan bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah profesional dan legal. 

Menurut saya, hal ini sangat bagus dan patut diapresiasi. Karena, sebagai sebuah profesi buruh tani pun sama dengan buruh-buruh di perusahaan. Mereka juga layak mendapatkan penghargaan atas kinerjanya.

Hilangnya regenerasi petani

Pengalaman lainnya terkait problematika sistem waktu kerja buruh tani ini berasal dari ibu saya. Beliau mengatakan bahwa upah kerja sekarang mahal. 

Peribahasa, "Tani kari daki" (Bertani tidak memberikan keuntungan secara materi, hanya dapat daki alias badan yang kotor) menurut beliau benarlah adanya.

Karena, ketika seseorang memutuskan untuk bertani atau menjadi petani, banyak biaya yang harus dikeluarkan. Dari mulai membeli benih, upah, dan pupuk. 

Kadang biaya yang dikeluarkan untuk menanam itu tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Dengan demikian, banyak generasi muda yang lahir dari keluarga petani memutuskan untuk tidak menjadi petani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun