Lebih lanjut, Ikappi meminta Kemendag agar bertindak tegas, intervensi importir agar menjual kedelai stok lama dengan harga lama, bukan harga yang sekarang.
Kisah sekilo mentega
Berdasarkan berita di atas, saya jadi teringat akan kisah sekilo mentega. Dinukil dari ntdindonesia.com, berikut kisahnya.
Ada seorang tukang roti membuat roti setiap hari untuk dijual di kiosnya. Karena, kelihaian dan keahliannya dalam membuat roti, serta roti buatannya sangat enak dan digemari. Maka, setiap hari roti yang dijualnya selalu saja habis.Â
Tukang roti ini, setiap hari selalu membeli satu kilo gram mentega dari seorang peternak. Lalu, simbiosis mutualisma pun terjadi. Si peternak juga membeli satu kilogram roti setiap harinya.Â
Hal ini pun berlangsung beberapa lama, hingga suatu hari penjual roti merasa ragu bahwa ukuran sekilo mentega yang dibelinya dari si peternak terasa kecil. Lalu, ia pun memutuskan untuk menimbangnya. Benar saja, kurang dari satu kilo, hanya 9,8 ons saja.Â
Penjual roti pun marah, ia merasa kesal dan tertipu oleh peternak. Lalu, ia melaporkan si peternak ke pengadilan. Dipanggillah si peternak oleh pengadilan.
Di pengadilan, peternak ditanya oleh hakim, "Peternak, apakah sebelum dijual, kamu menimbang mentegamu terlebih dahulu?" Si Peternak menjawab, "Maap, yang Mulia, peralatan saya tidak lengkap. Saya tidak memiliki timbangan." Lalu, Si Peternak menjelaskan, "Saya memang tidak punya timbangan, tapi setiap hari, saya membeli satu kilogram roti dari si penjual roti.Â
Kemudian dengan menggunakan sebatang kayu, saya menaruh roti itu di satu sisi, dan mentega di sisi lainnya, saya terus menambah menteganya sampai keduanya seimbang. Jadi, saya yakin sekali bahwa mentega yang saya jual itu, memang satu kilogram, Pak Hakim."
Setelah mendengar penjelasan si peternak, penjual roti merasa malu. Akhirnya, dia mengaku pada Hakim, bahwa dia-lah yang menimbang roti kurang dari satu kilogram, lalu menjualnya kepada si peternak, dengan tujuan agar mendapatkan keuntungan lebih banyak.Â