Kabar tentang naiknya harga kedelai telah menjadi konsumsi publik, menimbulkan keresahan yang terjalin kelindan begitu massif. Menimbulkan banyak tanya dalam benak, ada apa? Mengapa? Kok bisa berbarengan naik harga, dan langka?Â
Dimulai dengan minyak goreng, gula putih, lalu sekarang tahu dan tempe. Sebagai juru masak dan bendahara rumah tangga, saya sebagai emak-emak merasa paranoid juga.Â
Kadang sambil memandangi wajan dengan sedikit minyak goreng, sehingga gorengan tidak terendam sempurna. Saya berpikir, nanti apalagi, ya yang mahal dan langka. Moga saja bukan beras.Â
Jika beras langka dan mahal, bagaimana keluarga dapat menegakkan perutnya. Mungkinkah, akan kembali ke masa tahun 80-an? saat saya kecil dulu, makan nasi dicampur pisang mentah, jagung dan kayu bakar. Duh, Gusti Allah, jangan sampai hal tersebut terulang lagi.
Dinukil dari katadata.co.id, data Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa, memang pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri Indonesia berasal dari impor, yakni sekitar 86,4 %.Â
Bahkan, hingga tahun 2020, Biro Pusat Statistik mencatat, Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 2,48 juta ton, dengan nilai mencapai US$ 1 milliar. Jumlah yang fantastis, ya.
Sejalan dengan hal tersebut, Dilansir dari kompas.com, bahwa pihak Kementerian Perdagangan juga menyatakan, berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) stok kedelai yang ada di gudang importir sekitar 450.000 ton.Â
Mereka memastikan stok ini akan mencukupi kebutuhan industri tahu-tempe dalam 2-3 bulan mendatang.Â
Muhammad Ainun Najib-Ketua Bidang Organisasi DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengatakan bahwa kelangkaan tahu dan tempe di pasaran, disebabkan oleh minimnya pengawasan pemerintah di lapangan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) tidak mampu mengintervensi importir agar menjual stok yang dimilikinya dengan harga yang sama.Â
Karena, faktanya menunjukkan, jika para importir menjual kedelai yang sudah naik harga, bukan berdasar pembelian sebelumnya. Dengan kata lain, importir menjual stok kedelai tahun lalu, dengan harga yang sekarang naik.
Menurut Ainun Najib, hal itu tidak adil bagi para perajin industri tahu-tempe. Karena, importir mendapat keuntungan yang cukup besar dari naiknya harga kedelai tersebut.Â