Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

"Pisang Kepok Mahal, Bude!" Trik agar Jual Pisang Cepat Laku

7 Mei 2024   12:23 Diperbarui: 8 Mei 2024   12:36 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pisang kepok ku banyak yang sedang berbuah, sebulan lagi mungkin sudah bisa dipanen (dokpri)

Pisang Kepok Mahal, Budhe. Hehehe..

Pisang kepok memang lagi naik daun. Harganya mahal. Entah kenapa bisa begitu.

Yuk simak cerita saya tentang "Trik Agar Jual Pisang Cepat Laku."

Ini topiknya nasib kelas menengah, tapi saya sedang merasakan nikmatnya bagaimana jadi kelas bawah yang layak menerima BLT.

Sambil intermezo sih, jenuh berkutat dengan tulisan serius, panjang, penuh daging yang menyehatkan tapi bikin gigi sakit .

Eh, kita lagi ngomongin apa nih?

Mungkin nasib kelas menengah itu seperti usaha saya menjual pisang kepok. Dijual mahal nggak ada yang beli, dijual murah rugi.

Dijual apa adanya juga nggak laku. Perlu trik sepertinya.

Berawal dari saat belanja kemarin, iseng nanya pada penjual pisang, berapa harga sesisir pisang kepok.

Biasanya saya menunggu sampai pisang kepok setandan masak semua. Ternyata kalau untuk dijual ini sudah terlambat (dokpri)
Biasanya saya menunggu sampai pisang kepok setandan masak semua. Ternyata kalau untuk dijual ini sudah terlambat (dokpri)

Pisang kepoknya berapa, Bu?"

"Sing pundi(yang mana)?" Tanya ibu penjualnya.

"Sing Niki(yang ini)!" Saya ambil pisang kepok gemoy menggemaskan, matang pohon, dan penampilannya cantik.

"Dua puluh lima ribu!" Jawab ibu penjual. Membuat saya terbelalak. 

"Sesisir?" Tanya saya tak percaya.

"Iya!" Jawab ibu penjual santai. Aku meringis.

"Mau ditawar berapa?" Tanyanya lagi.

"Enggak, Bu. Di kebunku banyak pisang kepok. Lha pas saya jual itu, satu tandan berisi 10 sisir lebih cuma dibeli 35 ribu!"

"Dimana, itu?" Gantian penjualnya terbelalak. Ku sebutkan alamat rumahku, dan Ibu penjual hanya geleng-geleng kepala.

Aku hanya tersenyum sambil menggerak-gerakkan alis. Hihihi...

Sebenarnya, di rumahku memang ada 4 tandan pisang kepok dari 4 pohon yang sedang berbuah.

Tapi yang sudah suluh, atau masak pohon, cuma ada 1. Itupun agak kurang sehat, karena buahnya kecil-kecil meski padat dan matang pohon.

Sisirnya kecil-kecil. Padahal biasanya besar, gemoy dan montok.

Pisang kepok enak dibuat kolak. Rasanya manis, kenyal dan lezat (dokpri)
Pisang kepok enak dibuat kolak. Rasanya manis, kenyal dan lezat (dokpri)

Kemarin sudah kucoba untuk membuat kolak. Rasanya enak, manis dan kenyal. Ciri khas rasa kepok kuning. Digoreng juga enak.

Biasanya kalau buahnya besar-besar menggiurkan dibagi ke tetangga dan teman-teman suami.

Tapi ini buahnya kecil-kecil. Meski tetap manis dan enak. Terpikir olehku untuk menjualnya. Di saat harga pisang kepok melangit, sesisir 10 ribu rasanya tidak mahal. 

Daripada kalau dibagi nanti malah jadi omongan karena penampilan nya tidak menarik. Mungkin aku orangnya terbalik. Kalau bagus kubagi-bagi, kalau kurang bagus malah kujual. Hihihi...

Kuambil tas besar, dan kubawa 7 sisir pisang untuk kujual.

Bismillah...ini bagus untuk mengasah jiwa entrepreneur. Eh...

Pertama, saya tawarkan di tukang sayur yang selalu ramai, paling dekat dengan rumah.

Mbaknya terlihat tidak berminat, karena pisangnya memang penampilannya kurang menarik. Mungkin bingung juga mau memberi harga. Soalnya serba nanggung, seperti nasib kelas menengah. Saat ini pisang kepok harganya mahal, tapi kondisi pisangnya tidak bagus. Eh....

Akhirnya Dia menolak dengan sopan pisang yang kubawa, tapi menyarankan untuk menjualnya ke penjual gorengan, sebab mereka pasti butuh.

Setelah mengucapkan terima kasih, aku melanjutkan petualangan ku menjual pisang.

Warung -warung sayur menolak, karena yang jaga bukan pemiliknya, jadi tidak berani membeli .

Nggak apa-apa, langsung saja ke penjual gorengan. Kali ini aku langsung nembak harga.

"Pisang kepok, Bu! Sesisir 5 ribu. Boleh pilih, boleh dibeli semua!"

"Sebentar ya, kata penjual gorengan!"

"Pisangnya sudah matang?"

"Sudah, Pak. Suluhan. Matang pohon!"

"Waduh. Nggak! Nggak beli. Ini sudah terlalu matang. Soalnya mau buat besok!" Kata penjual gorengan.

"Ya,sudah Pak. Kataku nyengir.

Akhirnya aku melajukan motor tanpa tujuan. Celingukan cari penjual gorengan nggak ketemu. Lewat di emperan toko, ada penjual pisang. Tapi tak ada satupun pisang kepok. Ini pisang kepok memang lagi mihil bingitz. Tak heran kalau penjual pisang khawatir kulakan harganya mahal, nanti kalau nggak laku, bisa rugi banyak.

Aku menghentikan motor.

"Ada apa?" Tanya seorang ibu yang lagi duduk santai di emperan toko.

"Mau beli pisang kepok, Bu?"

"Coba lihat!"

Kuserahkan tas yang kubawa. Si Ibu dan temannya langsung mengeluarkan semua pisang, sambil berkomentar khas pedagang.

Pisang kepok dengan penampilan tidak menarik, tapi rasanya manis, kenyal dan lezat (dokpri)
Pisang kepok dengan penampilan tidak menarik, tapi rasanya manis, kenyal dan lezat (dokpri)

 ini sudah kaya gini, besok sudah nggak karu-karuan. Mau dijual berapa?"

"Lha yang pedagang kan, Ibu. Mau dibeli berapa?"

"Lima belas ribu!"

"Semua?" Tanyaku terbelalak. Sadis amat. Kalau harga sedang murah atau normal saja 7 sisir pisang dihargai 15 ribu sudah keterlaluan, apalagi ini pisang kepok lagi mahal.

"Lha mintanya berapa, coba ngomong!" Jawab si Ibu.

Aku garuk-garuk kepala. Tadinya kujual sesisir 5 ribu sudah kuanggap murah banget. Nggak tahunya ditawar 2 ribu. Gila. Hahaha...

"Ya sudah, kalau mau dibeli semua 25 ribu boleh, dah Bu!"

"Nggak bisa kalau 25 ribu. Kutambahi 2 ribu kalau boleh. Ini besok sudah tidak bisa dimakan!" Kata Ibu itu.

"Pisang kepok mahal lho,Bu! Kemarin nanya, tapi memang besar dan bagus, harganya 25 ribu sesisir," kataku.

"Ah, itu kemarin. Sekarang harganya sudah turun!" Kata ibu yang satunya.

Aku diam, malas berdebat , sempat ragu juga kl harga pisang memang sudah turun. (Tapi ternyata, sampai sekarang harga sesisir pisang kepok ukuran sedang masih sekitar 15-20 ribu).

Aku malah ngakak geli. Ternyata berjualan itu tidak semudah yang terlihat. Sebenarnya kukasih juga nggak masalah. Tapi ini nawarnya sungguh terlalu.

 Jadi kuputuskan untuk mengambil kembali pisangnya. Entah ibu itu ngomong apa, nggak kudengar dan nggak kumasukkan ke hati. Emang gue pikirin?

Pisang goreng, meski kecil-kecil, tetap kenyal dan manis (dokpri)
Pisang goreng, meski kecil-kecil, tetap kenyal dan manis (dokpri)

Padahal suerr ini beberapa sudah kugoreng pisangnya wuenakk...manis. Buat kolak juga wuenak. Manis dan kenyal.

Tadinya aku sudah berniat nyerah. Tapi kok Cemen banget ya. Masak jual pisang aja nggak bisa. 

Akhirnya aku beralih rute, berniat ke tempat yang banyak pedagang gorengan. Tapi lewat di jalan, ada warung kopi, dan juga sedia gorengan. Nyoba ditawarin, ah. Siapa tahu berjodoh.

"Assalamualaikum..! Mbak, mau beli pisang kepok? 5 ribu saja sesisir, boleh pilih.

"Coba lihat," kata Mbak pemilik warung kopi sambil menggendong putrinya. Kemudian dia melihat pisang-pisangku.

"Ini memang kecil-kecil mbak, tapi suluhan. Matang pohon," kataku. Duh...jujur banget sih aku.

"Beli 2 sisir saja." Kata Mbaknya .

"Iya, Mbak, nggak papa!" Jawabku. Dibayarnya pisangku dengan selembar 5 ribuan, 2 lembar uang 2 ribuan lecek, dan 1 lembar seribu.

Alhamdulillah, disyukuri saja. Berhasil menjual 2 sisir pisang Membuatku bahagia. Hohoho...

Masih ada 5 sisir kecil-kecil. Antara mau kubawa pulang, atau kuobral? Eh ...

Kusamperin tukang sayur yang mangkal di pinggir jalan.

"Bu, mau beli pisang kepok?" Murah, 5 ribu sesisir. Ini pisang kepok lagi mahal, lho Bu"

"Enggak, Bu. Saya nggak jualan gorengan.

"Dijual saja kan bisa, Bu?"

"Saya nggak pernah jual pisang, nggak tahu harga nya. Itu tawarkan di penjual gorengan yang di sana!"

"Itu penjual gorengan to, Bu?"

"Iya. Itu laris jualannya. Pasti mau beli pisang banyak -banyak!"

"Oke, terimakasih ya, Bu!"

Kudatangi penjual gorengan yang disebut Ibu penjual sayur.

"Bu, mau beli pisang kepok? Tanyaku 

"Coba lihat dulu!" Katanya.

Kuserahkan tasku berisi pisang, dan dikeluarkan semua pisangnya. Beberapa ada yang terlepas, jadi nggak jelas ada beberapa sisir 

"Sesisir 5 ribu,Bu. Dibeli semua juga boleh!" Kataku.

" Semua 15 ribu, ya! Tawarnya sambil sepertinya masih menghitung. 

"Ini kecil-kecil" katanya lagi. Aku tersenyum.

"Ya sudah, Bu. Boleh, semua 15 ribu!" Jawabku. "Yuhuu...pisangku laku semua nih!" Hihihi...

Tapi si ibu sepertinya masih ragu. Aku cuek. 

"Ehmmm...13 ribu saja,ya?" Tanyanya ragu sambil memandangku. 

"Boleh, Bu. Nih kukasih kembalian 2 ribu. Itu sebenarnya sudah murah bingitz lho!" Kataku sambil tertawa renyah.

"Terima kasih ya,Bu. Sudah dilarisi!" Kataku.

"Saya yang terima kasih!" Kata Si Ibu.

"Iya deh, Bu. Sama-sama. Semoga dagangannya laris!" Kataku sambil menstater motor.

Coba tebak, ini ditraktir atau mentraktir sate gule, hehehe...(Dokpri)
Coba tebak, ini ditraktir atau mentraktir sate gule, hehehe...(Dokpri)

Perlu dirayakan nih, aku berhasil jual pisang. It's not just about money, but it is entrepreneur. Harus dipamerin ke ayah.

 Biasanya ayah bilang, " Nyari uang seribu saja, susah. Coba sana kamu jual pisang belum tentu laku!"

Nih, sudah ku buktikan. Cari uang itu mudah, yang penting dilakukan dengan ikhlas dan bahagia. Awas ya, kutraktir sate gule baru tahu rasa. Jangan ngeremehin gue. Hehehe....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun