"Alhamdulillah selalu sehat, putra putri juga masih tinggal sekota, ya Bu!"
"Iya, Alhamdulillah. Pokoknya orang tua itu yang penting hatinya. Kalau hati senang, itu sudah cukup. Cuma lutut saya ini ngilu. Maklum sudah berumur. Jadi saya pilih duduk di kursi. Kalau duduk di tikar, susah bangunnya!"
"Saya juga, Bu. Mungkin obesitas. Hehehe!"
Sejenak aku teringat almarhumah Ibu. Apakah beliau dulu sedih, putra putrinya tinggal berjauhan? Ada rasa sesak dan nyesek di dada.
Akhirnya kami ngobrol asyik sampai tak terasa soto sepiring sudah ludesÂ
Aku pamit lebih dulu setelah kubayar sepiring soto Lamongan dan segelas jeruk panas 14 ribu. Seribu jatahnya Kang parkir yang sabar menunggu dan mengatur motor maupun mobil yang parkir.
Sebelum meninggalkan bundaran Serayu , aku melihat-lihat lapak penjual lain. Ada mie ayam, bakso, rawon, gorengan dan masih banyak lagi.
Aku mendatangi lapak gorengan yang terlihat laris. Ternyata sudah habis, meski masih sangat banyak yang digoreng, katanya sudah dipesan.
Aku mendatangi penjual getuk yang terkantuk-kantuk  sendirian. Dan membeli meski cuma sebungkus.Â
Mungkin di saat harga beras mahal, getuk bisa menjadi makanan pengganti beras.