"Berbuatlah sesukamu karena sungguh engkau pasti menemui (balasan) perbuatanmu itu." [HR al-Baihaqi]
Duh, judulnya agak mirip pengakuan Pariyem nya Linus, ya. Tapi ini bukan plagiat. Isinya sangat berbeda.
Apakah kamu pernah merasakan sakitnya dikhianati dan diselingkuhi? Mungkin perselingkuhan adalah kejahatan KDRT yang paling berat, dan butuh penanganan KDRT yang tepat.
Membahas perselingkuhan itu receh dan tak berbobot sepertinya. Padahal perselingkuhan adalah masternya KDRT yang sekarang merajalela seperti bahaya pandemi covid 19 yang telah lalu.
Perselingkuhan memberi luka batin yang sulit, bahkan mungkin tidak bisa disembuhkan.
Membahas perselingkuhan dianggap gibah dan rendah dibandingkan mempersiapkan CV yang baik untuk perusahaan agar menarik perhatian HRD.
Bahkan sangat Cemen dan tidak berkelas dibanding hasil penelitian para ilmuwan, doktor dan profesor.
"Tapi bagaimana jika kamu yang mengalami dan terjadi dalam kehidupanmu?"
Jariyatul berkata nanar.
Tentunya itu akan menjadi peristiwa besar yang bisa mengubah jalan hidupmu.
Dan mungkin jalan hidupku, karena aku yang mengalaminya.
Aku punya tips untuk penanganan KDRT khususnya korban perselingkuhan berdasarkan pengalaman.
 Iyalah, Aku kan bukan ahli atau psikolog. Tentunya kalau berani memberi tips karena pernah mengalami.
Jadi bukan pendapat ahli. Tapi sebagai praktisi. Sesuatu yang tidak pernah kuingin, tapi tak bisa dihindari.
Yuk simak Tips Penanganan KDRT khususnya korban perselingkuhan:
1. Jangan sekali-kali menyalahkan korban perselingkuhan dengan mengatakan :
-Makanya, bahagiakan suami/istri biar tidak selingkuhÂ
- makanya senam, kalau tubuh sudah tidak menarik, wajar saja pasangan berpaling.
Kalau ada yang menyarankan nasehat seperti itu, jangankan dipatuhi, bisa jadi korban KDRT akan mengamuk dan menendang anda ke laut.
2. Beri motivasi positif
- diselingkuhi, bukan berarti anda tidak berharga.
- pasangan yang berselingkuh, justru membuktikan bahwa dia tidak layak menjadi pendamping anda.
3. Beri semangat untuk melupakan perselingkuhan dan mengerjakan hal-hal positif dan bermanfaat.
- Sudah saatnya anda bebas menentukan hidup sesuai passion tanpa memikirkan pasangan yang sudah berkhianat.Â
Lupakan!
Biar dia bahagia dengan selingkuhannya, bukan urusan anda lagi.
- Kerjakan hobi anda yang selama ini dihalangi pasangan yang telah berkhianat.
- Lakukan sesuatu, anda pasti bisa. Anda tidak bakal kekurangan dengan berpisah dengan pasangan, karena Allah akan memberi rejeki pada setiap makhluknya.
4. Jangan mengasihani korban KDRT khususnya perselingkuhan, tapi tunjukkan bahwa mereka itu berharga dan punya potensi, tidak layak untuk diselingkuhi.
5. Sarankan pada korban perselingkuhan untuk membicarakan dengan pasangan tentang masa depan keluarganya.
Bila mereka ingin berdamai, beri dukungan moral dan terapi trauma kejiwaan akibat KDRT Perselingkuhan yang dialaminya.Â
Bila ingin berpisah, dampingi pula untuk kembali menemukan jati diri dan kehidupan normal seperti sebelum dirusak pasangan yang mengkhianatinya.
6. Dampingi bila korban perselingkuhan mendapat perlakuan buruk dari pasangannya.
Berikan pendampingan dan pembelaan  jika ingin menempuh jalur hukum, sebab merujuk pada ketentuan Pasal 284 ayat (1) angka 1 huruf a KUHP, pelaku perselingkuhan, baik laki-laki maupun perempuan diancam pidana penjara paling lama sembilan bulan.
Pengakuan Jariyatul
"Kisahku tidak seindah Drakor, yang dikhianati suami, dicampakkan, tapi justru ketemu jodoh pujaan yang lebih segalanya dari suami pengkhianat dan perempuan laknat pasangan selingkuhnya."
Kisahku biasa saja, dan kuterima sepenuh hati sebagai ketentuan Allah.Â
Namun bukan berarti pasrah pada takdir. Tentu aku menerima, tapi menjalani dengan caraku, tanpa campur tangan orang lain.
Sebab, hanya Allah yang tidak pernah berkhianat.
Kamu tahu rasanya dikhianati?Â
Sakit!
 Jijik!
Benci!
dan marah jadi satu!
Dan aku sudah mencurahkan semuanya. Menangis meraung di tengah sawah yang jauh, tanpa orang yang kukenal.
 Sampai puas, lepas, dan selesai!Â
Gila?Â
Bisa jadi!
Tapi justru itu yang membuatku waras.Â
Selesai!Â
Cukup!Â
Dan aku tidak peduli lagi pada 2 orang biadab  yang telah menyakiti dan menginjak -injak harga diriku. Biarkan mereka asyik dengan kemaksiatannya, bukan urusanku lagi!
Haruskah kuteriakkan makian?Â
Lalu apa bedanya aku dengan mereka?
Kini hidup ku terasa lebih bebas, terlepas dari belenggu dan kebahagiaan palsu atas kebohongan suamiku.
Hidupku adalah keputusan dan pilihanku.
Karena hanya satu yang menuntun pada kebaikan, dan maha sempurna. Yaitu Allah, Tuhanku.
Kini, hanya Dia maha segalanya yang selalu menyertai dan membawa ketenangan dalam hidupku.
Dan itu sudah cukup!
Hidupku telah sempurna, saat selalu di jalanNya.
Tinggal mempersiapkan kematian yang indah bila tiba saatnya nanti, dengan mengisi hidup yang bermanfaat, bukan balas dendam dengan ikut-ikutan bermaksiat dan berselingkuh.
Fokus dan tujuan akhirku kini adalah pertemuan indah denganNya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H