Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Noktah Dosa di Ujung Senja

7 Februari 2024   08:41 Diperbarui: 21 November 2024   19:29 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zahra tidak bisa memaksa ayah menjauhi perempuan -perempuan yang jumlahnya tak terhitung. Bahkan banyak mantan murid yang dichatnya, ingin mengulang kenangan saat muda, naksir muridnya belum kesampaian, dan baru sekarang berani diungkapkan. Bahkan ada yang dichat siapa tahu takdir mempertemukan. Duh, apa sih maunya ayah?

Padahal kini muridnya juga sudah pada punya suami. Semuanya Dibilang murid kesayangan, dan dulu ditaksir tapi belum mau, mau dilamarlah tapi nggak kesampaian. Hampir semua isi chatnya untuk banyak mantan murid perempuan seperti itu. Sama. Modus banget.  Tapi kok ya ada juga yang baper. 

Ada yang tetap sopan dan teguh, menghargai mantan gurunya. Sekedar menjawab chat demi kesopanan, dan tetap jadi perempuan terhormat.

Tapi ternyata ada juga  yang tak kalah genit dan kini asyik masyuk dengan ayah. Kata ayah, mereka itu "Genggek", jadi hanya untuk mainan saja. Perempuan yang tidak menjaga kehormatan dan mau melayani laki-laki yang tidak halal baginya. Kalau di sini dinamai Genggek.

Tapi, kenapa saat chat begitu mesra, seolah Ayah betul-betul serius pada  para perempuan jablay yang mudah termakan rayuan? Apa itu yang dinamakan modus garangan?

Cinta tidak bisa dipaksa. Banyak perempuan kesepian, bahkan sudah bersuami yang masuk dalam pergaulan ayah yang disebut ayah sebagai genggek. Hanya sekedar untuk hiburan,dan biar dianggap  gaul. Tapi  sangat berbahaya kalau kebablasan dan mengancam keutuhan rumah tangga. Membuat Zahra ragu, apakah ayah cukup dewasa untuk memahami arti pernikahan. Ternyata betul, kedewasaan tidak ditentukan oleh umur. 

Apa yang ada di pikiran para perempuan yang dirayu ayah? Apa ayah nggak berpikir kalau itu membuat mereka berpikir ayah tidak menyukai dan bermasalah dengan istrinya? Keharmonisan hanyalah pura-pura dan pencitraan?

Padahal dulu Ayah yang ngotot ingin menikah saat Zahra masih kuliah dengan alasan menghindari zina. Kenapa sekarang justru semua perempuan ingin dizinainya?

Apakah ayah tidak berpikir itu membuat malu dan menyakiti keluarga? Kenapa ayah justru seperti laki-laki bebas yang tak paham batasan pergaulan?

Apakah ayah puber kedua? Tapi kenapa puber kedua sejak dulu sampai hampir pensiun tidak berhenti? Apakah sebenarnya ayah memang lelaki hidung belang dan mata keranjang?

Atau ayah mengalami gangguan kejiwaan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun