Ingin rasanya kurobek-robek halaman kosong yang mereka buka karena tugas yang diberikan tidak dikerjakan.
Ahaiii..kenapa Aku jadi emosi?". Mungkin sebaiknya kutinggal saja kalau begitu.
 Bukan karena ego dan mau menang sendiri, mentang-mentang jadi guru. Tapi ini sekedar shock terapy, sambil ingin kulihat, apa yang akan mereka lakukan.
Kutinggal pulang. Bukan lepas tanggung jawab, tapi ini bagian dari ide pembelajaranku. Pembelajaran merdeka, guru juga boleh berimprovisasi kan?Â
"Kalau anak-anak melanggar peraturan, ya diingatkan. Diberi konsekuensi."
"Tapi jangan dimarahi dengan emosi. Mungkin anak-anak bersalah, tapi jangan ditanggapi dengan ego."
"Coba diajak diskusi, keinginan sebenarnya bagaimana, maunya gimana, siap nggak menanggung konsekuensinya, apakah siap mempertanggung jawabkan perbuatannya.
"Sudah begitu saja. Jangan memaksakan kehendak pada siswa!" Itu bagian guru. Selanjutnya biar menjadi bagian orang tua. Mau diarahkan ke mana putra-putrinya sesuai nilai yang dianut keluarga masing-masing".
Begitu jawab istriku kalau aku curhat tentang perilaku siswa. Membuatku semakin pusing. Aku tak bisa membiarkan perilaku siswa yang menurut ku salah. Pasti akan kutegur.
Tapi ada baiknya membiarkan siswa bertindak sesuai keinginannya. Toh nantinya, masa depan mereka juga menjadi tanggung jawab nya sendiri. Begitu biasanya yang dilakukan banyak sejawatku. Untuk apa mengkhawatirkan mereka, jika mereka sendiri lebih suka bertindak semaunya.
Hari ini beberapa siswa menghadapku.
Mereka meminta maaf atas kejadian kemarin dan berjanji akan mengikuti pembelajaran dengan baik.Â
Latar belakang mereka memang banyak dari keluarga yang kurang beruntung, tapi itu bukan alasan untuk minta ditoleransi.Â