Mungkin artikel saya terlalu realistis, rasional atau bahasa saya yang lugas, jadi saya sering dianggap lelaki saat menulis di Kompasiana.
Saya memang bukan tipe perempuan lembut. Lebih suka apa adanya.
Kembali pada artikel saya tentang pilkada, gaya bahasanya memang campur aduk dan mungkin jauh dari formal.
Menulis pilkada dalam bahasa kuliner yang agak menggelikan.
Agak gila ya.
Coba kita lanjut membaca. Saat itu memang saya baru saja  menyaksikan debat pilkada Jakarta.
Mungkin artikel lengkapnya bisa dibaca utuh di link yang sudah saya berikan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!