Tentunya agak mengherankan.Dengan tersedianya kanal kuliner (foodie) tentunya artikel tentang kuliner mempunyai hak yang sama untuk diisi seperti halnya kanal lain.
Mungkin sakit hati atau jengkel karena artikel yang ditulis kurang diminati, sehingga mencari kambing hitam orang yang dianggap lemah dan tidak bermanfaat seperti artikel foodie yang saya tulis..
Padahal, untuk orang lain yang tidak berminat, pastilah artikel apapun yang tidak sesuai minat dan passion nya juga menyebalkan.
Tapi "It's okay!" Saya memaklumi.
Sebagai orang yang hampir mencapai usia kepala 5, tentunya saya sudah bisa lebih bijak memahami dan memaklumi kemarahan dan emosi orang yang kecewa.
Saya bisa memahami psikologi dan emosi orang semacam itu karena sudah kenyang mengakrabi asam, garam, gula,cabe. Eh....kuliner lagi dung. Hihihi...
Terkadang rasa tepa slira itu tidak dipunyai  banyak orang.Â
Apa yang kita rasakan, bisa jadi juga dirasakan orang lain. Jika kita tidak suka artikel orang lain, bisa jadi orang tersebut juga tidak menyukai artikel yang kita tulis.
Begitulah. Jika mempunyai rasa tepa slira, kita akan merasa nyaman dan tidak membenci, iri dan dengki dengan artikel orang lain dan menganggap artikel sendiri lebih bagus dan bermanfaat, sedang artikel orang lain hanya artikel sampah.
Pembelajaran seperti itu juga saya dapat dari Kompasiana.
Yang penting kita menulis sesuai keinginan dan kemampuan diri. Bukan plagiat, tidak menghakimi, dan mengapresiasi sesama kompasianer, kanal apapun yang ditulisnya.
Beruntung sebagai ibu rumah tangga, tentunya semua bidang harus dikuasai untuk mengatur rumah tangga, mendidik anak dan mendampingi suami. Hehehe.