"Ngopi, Bu! " Sapa seorang ibu ramah sambil menyesap secangkir kopi.Â
"Oh, inggih. Monggo di pun sekecakaken!
(Oh, iya. Silakan dinikmati!)"Â Balasku sambil tersenyum.Â
"Saya kalau tidak ngopi, rasanya pusing Bu! " Lanjut Bu Sum. Begitulah beliau memperkenalkan namanya.Â
"Ya, Bu. Monggo! "
"Dawetnya, Bu. Istimewa, lho! Lain daripada yang lain. Silakan dicoba! " Kata Bu Sum. Ternyata beliau berjualan dawet di lapak sebelah.Â
Sebenarnya aku tadi sudah melirik klenthing(belanga dari tanah liat yang khas )untuk berjualan dawet).Â
Tapi Aku sudah betul-betul kenyang karena baru saja menikmati lontong balap dan segelas besar es sirsat.Â
"Insya Allah lain kali, Bu. Ini sudah kenyang sekali,"jawabku sedikit tak enak.Â
Sungguh, saat itu kenapa tak terpikir untuk dibungkus dan dibawa pulang. Mungkin karena di kulkas masih banyak persediaan es puding, jadi tidak berpikir untuk menambah dengan es lain, ya.Â
Aku memang biasa membuat stup nanas dan puding. Tersedia sirup juga.