Rasa dan aroma yang mendominasi adalah tempe semangit(sudah agak busuk)Â
Terus, ada parutan ketela pohon, atau singkong, kecambah kedelai, dan daun bawang/pre/loncang.
Bumbunya seperti ada ketumbar, kemiri, bawang putih, bawang merah, cabai dan garam.Â
Enak sih perpaduannya. Mungkin seperti combro, tapi isiannya dicampur. Ya, seperti itu deskripsinya.Â
Kapan-kapan mungkin saya akan mencoba membuat sendiri, jadi lebih fresh dan empuk.Â
Selanjutnya, kita kulik lagi si dawet jabung.Â
Hal yang unik dari dawet jabung, adalah cara penyajian.Â
Semangkuk penuh dawet jabung sampai tumpah-tumpah ke lepek(piring kecil) yang dijadikan alas, diulurkan kepada kita.Â
Tapi jangan sekali-kali menerima atau mengambil bersama lepeknya, tidak bakal dikasih. Kecuali kamu dan penjual dawet sama-sama suka dan siap menikah. Lho???Â
Iya, begitulah. Dalam tradisi dawet jabung, pembeli yang mengambil mangkok dawet bersama lepeknya, berarti naksir penjualnya.Â
Kalau penjualnya juga naksir kamu, lepek akan dilepas, dan kamu harus menikahinya.Â
Pertama kali saya membeli dawet jabung, saya tarik bersama lepeknya, tapi penjualnya seorang ibu sepuh tetap mencengkeram erat.Â
Saya tetap menariknya, tapi tetap tidak dilepas.Â