Menurut Bu Legik, membuat gempol butuh keahlian, pengalaman dan ketelatenan, agar tidak gagal.Â
Dengan alasan itulah dia memilih membeli gempol dari pembuat gempol yang lain.Â
" Kalau bahan lainnya, cendol, juruh, dan tape ketan semua saya membuat sendiri."
"Tapi kalau gempol, saya memesan dari pembuat gempol, Bu. Tidak telaten dan butuh waktu lama kalau harus membuat sendiri. "
Begitu pengakuan Bu Legik, kenapa dia tidak membuat gempol sendiri.Â
Biasanya, di samping menjual dawet, di meja lapaknya ada gorengan juga yang ditaruh di piring-piring.Â
Ada bermacam-macam gorengan yang tersaji. Pisang goreng, tempe goreng, bakwan atau di sini biasa disebut heci, tahu isi dan lento.Â
Semua enak, tapi saya penasaran dengan lento. Apa itu?Â
Eh... Ternyata atos, alias keras. Hehehe..Â
Mungkin sudah digoreng 2 kali. Tapi saya tetap harus mencobanya untuk memberi gambaran yang jelas tentang lento ini.Â
It's oke.Â
Saya gigit pelan-pelan dan memejamkan mata. Mengunyah penuh perasaan dan kelembutan, agar pesan rasa dari bahan penyusunnya bisa tersampaikan dengan damai. Hihihi..Â