Jadi tidak tahu, kalau sebenarnya kita justru sangat menghemat waktu kalau nyekar ke almarhumah Ibu mertua dulu.
Dalam perjalanan, kami mampir ke pasar Prambon.
Pasar ini kami lewati.
Kami bermaksud membeli bunga untuk nyekar. Beruntung tak perlu masuk pasar yang becek karena paginya hujan, di pinggir jalan sudah ada penjual bunga.
Bunga untuk nyekar. Sudah dibungkus dalam tas kresek. Tinggal ingin membeli berapa paket.
Bunga untuk keperluan nyekar ini, ternyata jenisnya bermacam-macam.
Kalau di Purworejo, biasanya kami membeli bunga untuk nyekar hanya 1 jenis, yaitu bunga mawar merah bercampur putih.
Biasanya ditempatkan dalam keranjang bambu yang dianyam jarang-jarang.
Ada yang dalam kelopak-kelopak utuh, ada yang sudah rontok.
Di tempat lain, ada juga orang yang nyekar menggunakan bunga tujuh rupa, yaitu : bunga kenanga, kanthil, mawar merah, mawar putih, melati, dan bunga sedap malam. Ada juga yang menambahkan bunga asoka.
Para budayawan seperti Budayawan Bojonegoro, Suyanto atau akrab dikenal Pakdhe Yanto Munyuk, kemudian Irfan Afifi, penulis buku "Saya, Jawa dan Islam”sepakat, bahwa penggunaan bunga bertujuan untuk mendapatkan aroma wanginya.