Tapi ada yang diam-diam membuat aku bersalah. Ibu terlihat sangat kecewa, ketika tahu aku tidak membawa sambal teri. Kesalahan yang sudah tidak bisa dimaafkan.Â
Tadinya aku berpikir bisa membuat sambal teri di rumah ibu, tapi ternyata sudah tersedia banyak menu, jadi aku tidak jadi membuat.Â
Apalagi, aku mudik cuma sebentar, karena si bungsu harus segera kembali ke Jakarta,dan harus segera masuk kerja, padahal harus pulang ke Madiun dulu.Â
Akhirnya kami pulang ke Madiun.Â
Ternyata, sejak lebaran, kondisi ibu semakin memburuk, dan ngedrop. Hingga akhirnya, membaik, tapi harus cuci darah 2 kali seminggu.Â
Saat itu sudah beberapa bulan ibu menjalani cuci darah, dengan kondisi yang mulai membaik, tapi belum stabil.Â
Terakhir, hasil cek lab cuci darah ibu ternyata membaik. Bahkan sangat baik dan normal.Â
Bahkan dokter merekomendasikan, kalau mungkin frekuensi cuci darah ibu bisa menjadi sekali seminggu, sebulan sekali, dan bisa jadi tidak perlu cuci darah lagi.Â
Ibu bisa beraktifitas relatif normal. Terkadang menghadiri pertemuan bersama teman alumni SMAnya, dan pertemuan-pertemuan lain.Â
Pengajian, dan perayaan Maulidpun ibu masih bisa menghadiri.Â