Ah, ternyata Ibu tidak kuasa menahan diri untuk mencicipi sambal teri.Â
Pada lebaran tahun lalu, pertama kalinya aku mudik lagi setelah sekian lama terpenjara oleh pandemi.Â
Berhubung kami harus nyekar ke Surabaya dulu, aku hanya memasak bahan-bahan yang tersisa di kulkas. Ada ayam yang kumasak opor dan nasi saja buat bekal.Â
Kami berangkat saat malam takbir, dan sampai di surabaya menjelang subuh. Kami berhenti di Masjid Agung waru.
Setelah menunaikan shalat subuh, sambil menunggu shalat Ied, kami mampir ke warung soto untuk menghangatkan perut daripada membongkar perbekalan.Â
Ternyata ini merupakan kesalahan besar, sebab akhirnya justru opor dan nasi bekal kami menjadi basi dan terpaksa dibuang.Â
Ya, karena acara padat, kami nyekar ke makam tembok di Surabaya dan ke Makam keluarga suami di Mojokerto. Lanjut silaturahmi ke saudara suami yang masih tersisa.Â
Akhirnya 2 hari kami baru kembali ke Madiun, tapi langsung ke Purworejo, Jawa Tengah.Â
Di Yogyakarta kami istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.Â
Saat sampai di Purworejo, kami bisa bertemu seluruh saudara.Â
Hilang sudah rasa lelah, bertukar syukur dan bahagia.Â