Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bakso Tulang Rusuk

1 Maret 2023   12:41 Diperbarui: 1 Maret 2023   14:14 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Derai hujan menerpa atap. 

Gemuruh mengetuk hatiku

Di depanku terhidang bakso siap santap. 

Memancar hangat teringat dirimu. 

Kau tatap aku sepenuh hati, 

Membuatku terlena dalam syahdu. 

Bisikmu, Kau tahu kenapa kuajak ke sini? 

Karena kuingin kau jadi tulang rusukku. 

Aih... Sungguh manis kau melamarku. 

Dengan semangkok bakso? 

Hahaha kau tertawa menatapku lucu. 

Lha apa ingin dengan semangkok soto? 

Seperti nya tak habis-habisnya kau berikan pantun gombal untukku. 

Apakah kau ingin jadi pujangga? 

Aku tersenyum. Samar, sambil menyeruput kuah bakso. Kenangan manis itu masih tersimpan di hatiku, Pram. 

Rinai hujan mengirimkan dingin yang menusuk. 

Dingin dan beku. Sebeku hatiku yang hangatnya telah kau curi. 

Pelan kunikmati bakso tulang rusuk ini. Terasa hambar. Berbeda sekali saat menikmatinya bersamamu, Pram. 

Dulu, terasa gurih. Bahkan Maknyuss. Mungkin karena bercampur bumbu kasih dan sayangmu. 

Tulang rusuknyapun berlumur daging yang membuat kita sibuk menggerogoti. 

Membuatmu terpaku dan tersenyum, melihat mulutku belepotan. 

Ah, aku memang polos. Asyik menggigit sedikit daging yang menempel di tulang. Tanpa jaim. 

Kamu bilang, kepolosanku yang membuatmu terpesona. 

Hahaha.. Aku tertawa. Biar mudah dibohongi kan? 

Hahaha... Kamu tertawa lebih keras. 

"Kamu terlalu jujur! " Katamu geli. Bahkan gemas. 

Tapi aku pura-pura tak tahu, sehingga kau tak berani menyentuhku.

Padahal kutahu, dari sinar matamu yang nakal, kamu pasti sudah gemas ingin mencubit pipiku. 

Takkk!.. 

Wow, ternyata tulang rusuk ini keras, Pram. Daging yang menempel susah digigit. Sungguh. Bakso tulang rusuk ini sangat berbeda dibanding dulu. 

Entah karena ada kamu, atau bakso ini kini berbeda. Mungkin karena Chinese food ini sudah begitu familiar, sehingga sudah bukan hidangan istimewa? 

Atau karena banyaknya fiksi kuliner yang mengulas jadi membosankan? 

"Maaf mbak, kami sudah mau tutup! "

Eh.. Aku tersadar. Entah sudah berapa lama,  aku membolak-balik tulang rusuk ini, dan mencoba menggigitnya. 

Kutinggalkan, dan membayarnya. Hal yang tak pernah kulakukan jika pergi bersamamu. 

Apakah di atas sana juga ada bakso tulang rusuk, Pram? 

Ataukah tulang rusuknya tertinggal di dunia bersamaku, tulang rusukmu? 

Semoga Kau bahagia di sisiNya, Pram. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun