Hahaha kau tertawa menatapku lucu.Â
Lha apa ingin dengan semangkok soto?Â
Seperti nya tak habis-habisnya kau berikan pantun gombal untukku.Â
Apakah kau ingin jadi pujangga?Â
Aku tersenyum. Samar, sambil menyeruput kuah bakso. Kenangan manis itu masih tersimpan di hatiku, Pram.Â
Rinai hujan mengirimkan dingin yang menusuk.Â
Dingin dan beku. Sebeku hatiku yang hangatnya telah kau curi.Â
Pelan kunikmati bakso tulang rusuk ini. Terasa hambar. Berbeda sekali saat menikmatinya bersamamu, Pram.Â
Dulu, terasa gurih. Bahkan Maknyuss. Mungkin karena bercampur bumbu kasih dan sayangmu.Â
Tulang rusuknyapun berlumur daging yang membuat kita sibuk menggerogoti.Â
Membuatmu terpaku dan tersenyum, melihat mulutku belepotan.Â