Tiba-tiba Meinar merasa ingin ke toilet. Setelah memberi isyarat pada suaminya, dia mendekati Mbak Putri, dan berbisik.Â
"Mbak, pengin ke toilet. Tempatnya di mana? "
"Owh, di sana. Ayuk Kuantar! "
Meinar merasa sedikit aneh. Dia tadi berbisik, tapi Mbak Putri bisa mendengar.Â
"Mbak, sekalian shalat as'har. Sepertinya sudah waktunya. Di mushola ada mukena nggak, ya? "
"Oh, ada. Kalau begitu sekalian ke mushola saja. Aku juga mau shalat as'har.Â
Keduanya bergegas ke mushola setelah berpamitan pada suami masing-masing.Â
Selama menuju ke mushola, mereka asyik mengobrol. Diam-diam Meinar merasa aneh, Mbak Putri bisa mendengar apa yang dikatakannya, padahal nada suaranya wajar dan tidak nyaring.Â
Sepertinya ada rahasia yang mulai bisa dipahami oleh Meinar.Â
Mungkin Mbak Putri sedang perang dingin, atau tidak suka dengan perilaku Ra'uf, suaminya.Â
Ma'ruf sering bercerita tentang Ra'uf pada Meinar. Tentang sifatnya yang tak pantas. Meski sudah menikah dan mempunyai anak-anak yang sudah besar, Ra'uf sering chating dan berkencan dengan muridnya di sebuah SMK swasta. Sekolah kedua tempat Ra'uf mengajar.Â