"A.. ku jatt... tuh, Ruf! " Rauf terbata-bata menjawab pertanyaan Ma'ruf, sahabat kentalnya.Â
"Nyaa.. muk! Di ka.. ki ku! " Rauf berteriak keras. Mbak Putri segera mendekati kaki Rauf, suaminya. Dan menepuk-nepuk sambil mencari nyamuk yang mungkin menggigit.Â
"Mat tikan kipp pas anginnya..!" Rauf berteriak keras dan kasar ! "
Mbak Putri bergeming. Diam saja, masih tetap mengelus-elus kaki suaminya.Â
Ra'uf terlihat meradang. Kakinya digerakkan dengan kasar, nyaris menendang Mbak Putri yang tersentak.Â
Meinar memegang tangan Ma'ruf. Merasa tak nyaman dengan adegan yang baru saja disaksikannya.Â
"Putri itu tuli! " Ma'ruf berbisik pada Meinar. Membuat Meinar melotot tak suka. Rasanya tak rela Mbak Putri yang sabar dibilang tuli.Â
Tapi apa benar begitu?Â
Tadi Ra'uf berteriak cukup kencang, bahkan kasar, tapi sepertinya Mbak Putri memang tidak mendengar.Â
"Itu, Putri memang tuli. Saat Ra'uf mengalami stroke dan berteriak-teriak, Putri tidak mendengar. Untung ada tetangganya yang datang dan membantu membawa ke rumah sakit! " Ma'ruf bercerita pada Meinar.Â
"Teman-teman yang sudah bezoek juga bilang begitu. Putri sering tidak mendengar, padahal Ra'uf sudah teriak-teriak! " Ma'ruf masih berbisik-bisik dengan Meinar.Â