Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Selalu Tersenyum

15 Februari 2023   10:53 Diperbarui: 15 Februari 2023   18:42 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maharani sedang jenuh dengan pekerjaannya. 

Sebagai konten kreator, idenya serasa mampet.

Di satu sisi, dia sadar kesehatan jiwa nya sedang terganggu. 

Di lain sisi, dia tak ingin terlihat rapuh dan menyedihkan. 

Rintik hujan menyelimuti hatinya dengan rasa dingin yang nyeri. 

Entah, apa yang sebenarnya sedang dirasakan, dirinya tak paham. 

Membaca pantun  gombal yang lucu-lucu tak juga meredam kegalauan hatinya. 

Hatinya serasa dingin dan beku. Perlahan meleleh. Tapi setiap kali meleleh, seperti mengalirkan darah yang diikuti rasa nyeri. 

Air matanya nyaris menitik, tapi tidak jadi. Dia merasa air mata membuatnya terasa menyedihkan dan perlu dikasihani. 

Tidak! Itu bukan dirinya. Air matanya hampir tidak pernah mengalir untuk menangisi hal-hal seperti ini. Dia merasa jengkel dan terhina. 

Sesaat dirinya merasa kasihan dengan dirinya. Perempuan yang terlalu lugu dan polos. 

Percaya kalau laki-laki itu setia. 

Percaya kalau laki-laki itu begitu mencintainya. 

Percaya laki-laki itu menganggap dirinya, istrinya, perempuan satu-satunya dalam hidupnya. 

Keromantisannya membuat Maharani terbuai dalam mimpi-mimpi palsu bersamanya. 

Momen-momen indah yang telah dilalui bersama suaminya hanya menyisakan serpihan cerita akhir tahun yang memilukan. Ironis sekali saat di belakangnya, suaminya juga menebar rayuan gombal pada semua perempuan. 

Kini, kenyataan telah membuka mata Maharani lebar-lebar. 

'Terima kasih, wong ayu..! "

Chat suaminya pada salah satu teman perempuannya. 

"Ada apa, sayang..! "

Chat suaminya pada perempuan lain. 

"Sungguh. Aku sangat mencintaimu  dan menyayangimu. 

"Kenapa dulu kamu menolakku? Apakah saat itu aku masih miskin dan menyedihkan? 

"Ayolah, kalau kamu bersedia menerima cintaku, kita bisa segera menghalalkannya! "

Kali ini tangan Maharani bergetar hebat. Hampir tak percaya dengan chat suaminya dengan perempuan entah siapa. 

Tapi yang jelas,perempuan itu pernah dicintainya. Bahkan sampai sekarang masih sangat dicintainya saat sudah menjadi suaminya. 

Hampir saja gawai di tangannya melayang ke kepala laki-laki yang sedang menatapnya tanpa dosa. 

Gawainya yang baru diservis karena jatuh dan layarnya remuk itu memang berada di tangan Maharani. 

Laki-laki itu sendiri yang menyerahkannya untuk disetting ulang. 

Dia tak sadar, saat pemulihan aplikasi WA, dengan pesan-pesan yang dicadangkan, maka pesan yang telah terhapus akan muncul kembali. 

Ingin rasanya dia meluluhlantakkan gawai di tangannya. 

Tapi pikirannya yang selalu dewasa, membuatnya terdiam sambil berfikir. 

Umurnya memang 5 tahun lebih muda dari suaminya. Tapi kedewasaannya berpikir, 10 tahun lebih tua darinya. 

Maharani masih menimang-nimang gawai suaminya. 

Mungkin masih banyak chat suaminya dengan banyak perempuan. Tapi chat terakhir yang dibacanya sudah membuat Maharani tahu atas kelakuan suaminya, di balik keromantisan dan semua kata-kata manisnya yang palsu belaka. 

Kemanisan itu telah diobral pada semua perempuan. 

"Sudah belum? " Suaminya mulai tak sabar. 

"Sebentar, beberapa langkah lagi, " Maharani pura-pura menekan keypad dengan intens, padahal dia menekan tombol keluar, sambil menahan kemarahan yang sudah menjadi lahar panas yang siap menyembur. 

#####

"Tingtong..! "

Bunyi bel pintu mengagetkan Maharani. 

Di depan pintu, ada 2 perempuan berdiri menatapnya aneh. Salah satunya menggendong bayi perempuan yang lucu. 

"Monggo! " Maharani membuka pintu dan mempersilakan tamunya masuk. 

"Ini benar, rumahnya Pak Kamandanu? "

"Benar. Ada keperluan apa Mbak? "

Maharani menatap tajam kedua perempuan itu sambil berusaha menebak, siapa mereka. 

"Ini, saya mengantar istri dan anaknya yang kangen. Sudah lama Pak Kamandanu tidak pulang ke rumah kami. Kami khawatir kalau beliau sakit. 

Maharani tersentak kaget, tapi kemudian tersungging seulas senyum. Tulus dan hambar, tanpa aroma dan rasa. 

Ketika perempuan yang mengaku istri dari suaminya itu ikut berbicara, Maharani hanya tersenyum. 

"Ini semua tidak benar Rani, " Aku tidak bohong. Hanya kamu satu-satunya perempuan di hatiku! "

Ketika Kamandanu pulang dan kaget dengan apa yang terjadi, kemudian terbata-bata mencoba menjelaskan duduk perkaranya, Maharani hanya tersenyum. 

Ketika suara bising mengganggu telinganya dan seseorang menggoncang tubuhnya sambil memanggil-manggil namanya, Maharani hanya tersenyum. 

Maharani tak peduli lagi dengan sekelilingnya. 

Tak lagi mau mendengar suara-suara di sekitarnya. 

Maharani tak lagi mau melihat apapun di sekelilingnya. 

Di depannya hanya ada taman bunga. Dan dia hanya ingin tersenyum. 

Dan terus tersenyum. 

Selamanya tersenyum... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun