"Ini benar, rumahnya Pak Kamandanu? "
"Benar. Ada keperluan apa Mbak? "
Maharani menatap tajam kedua perempuan itu sambil berusaha menebak, siapa mereka.Â
"Ini, saya mengantar istri dan anaknya yang kangen. Sudah lama Pak Kamandanu tidak pulang ke rumah kami. Kami khawatir kalau beliau sakit.Â
Maharani tersentak kaget, tapi kemudian tersungging seulas senyum. Tulus dan hambar, tanpa aroma dan rasa.Â
Ketika perempuan yang mengaku istri dari suaminya itu ikut berbicara, Maharani hanya tersenyum.Â
"Ini semua tidak benar Rani, " Aku tidak bohong. Hanya kamu satu-satunya perempuan di hatiku! "
Ketika Kamandanu pulang dan kaget dengan apa yang terjadi, kemudian terbata-bata mencoba menjelaskan duduk perkaranya, Maharani hanya tersenyum.Â
Ketika suara bising mengganggu telinganya dan seseorang menggoncang tubuhnya sambil memanggil-manggil namanya, Maharani hanya tersenyum.Â
Maharani tak peduli lagi dengan sekelilingnya.Â
Tak lagi mau mendengar suara-suara di sekitarnya.Â