Idham Chalid langsung duduk di kursi kemudi, mengemudikan sendiri mobil barunya. Padahal setahu Kyai Saifuddin, Idham Chalid belum pernah belajar menyetir mobil.Â
Saat mobil keluar dari halaman Parlemen, jalannya mobil tidak lurus, tidak stabil dan rem sering diinjak tiba-tiba, lalu tiba-tiba di gas tak tanggung-tanggung.Â
Kyai Ilyas melirik padaku, barangkali ingin bertanya, "kok begini nyetirnya? "
Tapi aku tak membalas lirikannya, cuma diam sambil bersholawat. Benar saja, di dekat stasiun Gambir, mobil hampir menyerempet sepeda.Â
"Ya akhir, kalau ada orang jual rokok di depan, berhentilah! "
Seru Kyai Ilyas pada Idham Chalid.Â
Di depan penjual rokok, Idham Chalid menghentikan mobilnya, tapi keterusan karena telat menginjak rem.Â
Kyai Ilyas turun, tapi tidak membeli rokok, malah terus berjalan ke depan.Â
"Ayo, naiklah! " Kenapa turun? " Tanyaku pada Kyai Ilyas.Â
"Terima kasih! Jalan kaki lebih aman! " Jawab Kyai Ilyas sambil mempercepat jalannya ke arah prapatan.Â
"Penakut! " Kata Idham Chalid tak merasa bersalah.Â