"Hahaha.. Pak Teguh ikut tertawa, bernostalgia bersama teman-teman saat masih mengajar di SMA Ambunten, sekitar  30 tahun yang lalu, atau malah lebih.
" Saya pertama kali datang malah kelasnya kosong, "Â Kata Pak Didik.
"Ternyata anak-anaknya telat masuk karena sedang sarapan. Sarapannya buah juwet. Jadi semua bergerombol di bawah pohon juwet. Tidak peduli, harusnya sekolah sudah masuk, hahaha.. " Dulu masih primitif sekali. "
"Tapi senang, di sana dekat laut. Dekat pantai Slopeng. Hampir setiap hari makannya ikan laut segar yang langsung dimasak. Cumi, kakap, tongkol, wow.. " Kenangan yang indah.Â
Tapi kemudian semua pindah satu persatu. Suami saya yang pertama pindah, karena diangkat dan ditempatkan di Sebuah SMA di Kabupaten Madiun. Sedang yang lain memang ditempatkan di SMA Ambunten, jadi beberapa tahun kemudian baru bisa pindah.
"Tempatnya sepi sekali, saya tidak kerasan, "Â Kata Bu Warto yang asli Jombang.
"Jadi saya dulu nggak ikut ke Ambunten. Pernah menyusul Pak Warto ke Ambunten. Dikerjain sama anak-anak.
 Katanya, Pak Warto pulang ke Jombang, baru saja naik bis"
Saya langsung lemas. Menyusul suami, orangnya malah mudik. Tlisiban. Dulu kan belum ada HP. Telepon saja masih jarang yang punya! " Jadi tidak ada komunikasi.Â
"Untung ketemu Pak Didik, terus dicarikan Pak Warto, ternyata orangnya ada di asrama. Hahaha..!Â
"Bayangkan kalau betul-betul tlisiban! " Saya ikut tersenyum. Anak-anak itu kok ya pada iseng. Sembrono, hehehe.. "