Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kehangatan Keluarga Meningkatkan Resilience dan Kesehatan Jiwa

11 Oktober 2022   11:25 Diperbarui: 12 Oktober 2022   09:56 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehangatan keluarga menjaga kesehatan jiwa (foto: ©Shutterstock) 

Tanggal 10 Oktober adalah hari kesehatan jiwa. 

Kesehatan jiwa adalah kesehatan yang tidak boleh diabaikan. Karena bisa saja sedikit gangguan jiwa yang dibiarkan, akan terakumulasi menjadi kelainan emosi dan gangguan jiwa parah yang sulit diobati. 

Orang yang mengalami gangguan jiwa, tapi tidak merasakannya, bisa jadi lebih berbahaya daripada orang dengan gangguan jiwa yang segera ditangani. 

Menurut dr Andri psikiater, seorang dokter spesialis kejiwaan, untuk menghadapi tekanan kejiwaan, kita harus mempunyai resilience atau daya lenting yang tinggi, sehingga tidak mudah rapuh saat menghadapi tekanan mental. 

Daya lenting yang tinggi bisa didapat dengan :

1. Merasa puas.

Baca juga: Misteri Sirup Mawar

 Puas di sini tidak semata-mata tercukupi dengan kelimpahan materi. Tapi rasa puas dengan mensyukuri apa yang kita miliki. Merasa cukup dengan apa yang kita miliki, sekalipun sangat minimalis. Rasa qana'ah atau merasa cukup akan membuat kita merasa aman dan nyaman. Sehingga tidak mudah terpengaruh dan stres dengan apa yang tidak kita punyai dan dimiliki orang lain. 

2. Rasa aman.

Baca juga: Kutukan Semar

 Rasa aman ini bisa timbul dari kehangatan keluarga dan lingkungan sekitar. Keluarga yang saling menyayangi dan tetangga yang baik akan menjaga kestabilan kesehatan jiwa kita. 

3. Keterhubungan. 

Sebagai manusia, kita membutuhkan orang lain. Keterhubungan dan relasi yang sehat dengan teman akan memberikan rasa aman dan nyaman akan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap stress. 

Merasa punya hubungan atau keterikatan dengan orang lain membuat rasa aman dan meningkatkan daya tahan kita terhadap stres (Rick Hanson dalam buku Resilience).

Di era digital ini, seringkali kita menjumpai kasus gangguan jiwa yang tak terobati, bahkan menjadi sindroma psikosomatik. Sindroma ini berawal dari gangguan kejiwaan yang menyebabkan sakit secara fisik. 

Untuk mendiagnosis gangguan kejiwaan seharusnya kita berhubungan dengan seorang psikiater. Tapi terkadang stigma, dan tidak murahnya biaya konsultasi membuat penderita gangguan jiwa enggan berurusan dengan dokter. 

Terkadang saya sedih dan prihatin, jika mendengar ada teman yang mengalami gangguan jiwa cukup parah, sehingga melakukan hal-hal yang di luar kewajaran dan terkadang memalukan. 

Seolah saya bisa ikut merasakan dari apa yang mereka rasakan. Karena saya pernah mengalaminya. 

Hal itu bisa diakibatkan oleh tekanan yang berat, juga rasa kesedihan yang mendalam. 

Bisa juga justru disebabkan oleh orang-orang terdekat yang memaksa kita berpendapat, bertindak, dan meyakini hal yang sama. 

Bisa juga kasus KDRT dan pelecehan seksual. 

Bisa juga tuntutan pekerjaan. 

Gangguan kejiwaan setiap orang berbeda, karena itu dalam mengatasi hal ini juga berbeda dan spesifik untuk setiap orang. 

Gangguan kejiwaan tidak melulu menimpa orang yang suka menyendiri, karena bisa jadi, gangguan kejiwaan justru menyerang para sosialita. 

Gangguan kejiwaan ini, secara sederhana bisa diterapi dari orang-orang terdekat dahulu, sejauh penderita tidak bertingkah membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti :

1. Ingin bunuh diri. 

2. Menyerang orang lain. 

3. Melukai diri sendiri. 

Untuk langkah pencegahan, antara lain :

1. Mendekatkan penderita pada ibadah sesuai keyakinannya masing-masing. 

Tapi, perlu diingat, saat mengambil pembimbing spiritual harus dipilih yang telah jelas kredibilitasnya, jangan sampai justru memperparah dan lebih melukai penyandang gangguan jiwa karena terapi yang diberikan tidak sesuai. 

2. Peran keluarga dalam mendampingi dengan penuh kasih sayang dan pengertian, sehingga bisa menentramkan dan mengembalikan penderita gangguan jiwa ke dalam kesadaran diri, jika sebelumnya seperti hidup di luar dunia normal. 

3. Mengajaknya untuk terus berpikir dan bertindak rasional. 

4. Pendampingan keluarga atau orang terdekat, agar penderita tidak dibiarkan sepi dan hidup dalam dunianya sendiri. Tapi dirangkul untuk selalu berada dalam kehangatan keluarga. 

5. Jangan memancing emosinya atau sengaja menuntun penderita pada hal-hal yang akan membangkitkan munculnya emosi tak terkendali. 

6. Mengajaknya melakukan hal-hal produktif untuk terus berkarya dan menjalani kehidupan normal. 

Ini mungkin poin-poin yang bisa dilakukan keluarga. Tapi jika penderita sudah mengalami gangguan kejiwaan yang berat, sebaiknya dibawa ke psikiater, atau dokter jiwa. 

Terimakasih. 

Semoga bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun