Biasanya saya bersama seorang teman yang kebetulan rumahnya kutoarjo mampir ke warung nasi dulu sebelum naik kereta. Membeli nasi bungkus dan minuman untuk bekal.Â
Saat itu, saya ingat keretanya ekonomi juga. Namanya Kereta Logawa. Lumayan pas untuk kantong mahasiswa. Harga tiketnya kurang lebih sama dengan tiket bus Solo-Purworejo, 2200 rupiah dari stasiun jebres, solo ke stasiun Kutoarjo. Jarak tempuhnya sekitar 3,5 jam.Â
Berangkat dari Stasiun Jebres sekitar pukul 13.30 wib. Jadi biasanya saya masih punya banyak waktu untuk shalat dhuhur. Mampir warung nasi dekat kost dengan harga 500 rupiah sudah berlauk ayam ukuran besar. Sedang seplastik es jeruk cuma 200 rupiah. Kalau membeli di atas kereta bisa seribu lebih.Â
Rasanya puas kalau makan di kereta seperti banyak yang ngiri. Makan enak, murah lagi. Sementara penumpang lain penasaran dan celingukan, di mana ada yang jual nasi bungkus dengan isi yang menarik dan enak seperti itu. Jahat ya, makan sendiri bikin orang lain kepingin, hihihi.. Berasa jadi Mr. Bean. Eh...Â
Tapi akhirnya kereta itu sepertinya dibekukan, karena banyak penumpang jarak dekat yang tidak mau membeli tiket, dan memilih membayar di atas kereta tanpa karcis bila ketahuan. Hal seperti ini tentu saja sangat merugikan PT KAI.Â
Sebelum Pandemi, saya sempat naik kereta api juga saat ikut berwisata ke Banyuwangi ikut rombongan MGMP biologi suami saya dan teman-temannya.Â
Kami naik dari Stasiun Madiun. Sudah mengikuti peraturan yang baru. Kereta bebas dari pedagang asongan. Sebagai gantinya ada restorasi kereta yang menawarkan makanan, minuman, dan snack. Meski harganya lebih tinggi dibanding harga normal.Â
Kalau tidak salah keretanya Sri Tanjung. Kelas ekonomi tapi ber AC. Lumayan nyaman sih. Apalagi saat kursi di sebelah, kosong. Agak lapang lah..Â
Pemandangan di kanan kiri rel didominasi persawahan dan perbukitan yang menyejukkan mata.Â