Pedagang asongan juga bebas naik turun. Saat kereta lapang, terkadang kehadiran pedagang ini cukup membantu, karena kita bisa jajan di atas kereta dengan harga lebih murah dari yang disediakan di gerbong makan kereta.Â
Meski tetap saja harganya lebih mahal dibanding harga di bawah/ atau di luar stasiun kereta.Â
Terkadang ada yang konyol. Ada pedagang yang menawarkan nasi bungkus dengan lauk ayam, daging, atau telur.Â
Bungkusnya besar menggoda. Terbayang menikmati nasi rames, dengan tulisan : nasi, kering tempe, mie, sambal, daging.Â
Tak sabar membuka bungkusnya dan ingin menikmati isinya.Â
Tapi olala... Isinya dominan nasi, sesendok kering tempe, sesendok mie, seuplik sambal, dan daging sebesar popcorn. Entah harus mengumpat atau justru terpingkal-pingkal.Â
Sementara yang tertulis lauk telur, ngebayangin telur bacem/telur pindang utuh, ternyata cuma 3 iris telur dadar seukuran mie. Sedang yang lauk ayam juga cuma ada 3 suwir kecil.Â
Sungguh kenangan yang membuat kapok. Hihihiks..Â
Mungkin jajan di atas kereta mending nasi pecel yang baru diracik saat dibeli. Itu lebih bisa dilihat dan dinikmati. Juga gorengan yang masih hangat, lebih jujur dan tidak menipu meski harganya mungkin jauh di atas harga normal.Â
Saat kuliah, saya lebih berpengalaman saat naik kereta.Â