Saat pertama foto, Mbah Wagimin berdiri dengan sikap tegak. Sekarang sudah lupa sambil membenahi dagangannya.Â
"Banyak yang membeli, Mbah?Â
" Alhamdulillah banyak, Bu. Ini biasanya saya membawa sekitar 200 an biji, tinggal segini, "
Saya lihat dagangan Mbah Wagimin tinggal sedikit. Sekitar limapuluh an. Tentunya menggembirakan bisa laku sekitar 75% dalam waktu 2 hari. Meski agak mengherankan.Â
"Anak-anak banyak yang suka mainan seperti ini ya, Mbah? " Tanyaku sedikit sangsi.Â
"Orang tuanya, Bu. Ini.. (Mbah Wagimin mengambil mainan sambil mempraktekkan cara memainkan Othok-othok, dijalankan sambil dodorong, kemudian berbunyi thok.. thok.. thok.. sehingga dinamai Othok-othok).Â
" Ini biar anak-anak terangsang bisa cepat jalan. Gembira bermain, kalau baru berjalan dan mau jatuh, bisa dijadikan tumpuan seperti tongkat! "
"Owh... Excellent! " Batinku. Pantas saja mainannya laku banyak, tentunya banyak orang tua terinspirasi mendampingi tumbuh kembang anak. Sambil latihan berjalan, anak-anak juga menikmati mainannya. Pengrajin tradisional pun kecipratan cuan. Kehidupan jadi terasa adil.Â
"Ini satunya dihargai berapa Mbah? "
" Othok-othok nya limabelas ribu per buah, kalau balonnya 5 ribu. "