Gara-gara salah mengenali dawet, saya jadi berminat menulis tentang perdawetan.Â
Ceritanya, beberapa hari yang lalu saya pergi ke Lapangan batik. Nah, di situ saya melihat ada penjual dawet jabung. Terbersit untuk membelinya, tapi saat itu sedang asyik mencari angle yang bagus untuk memfoto lapangannya, jadi keinginan menikmati dawet jadi terlupakan.Â
Tergesa memacu sepeda motor, di jalan kebetulan melihat penjual dawet di pinggir sawah, sekaligus pinggir jalan. Mampirlah saya.Â
"Dawet nya satu mbak! "
"Diminum sini? "
"Ya, mbak! "
Saya segera mengambil tempat duduk di lincak yang disediakan, sambil memandang sawah yang sedang diolah.Â
Tak lama pesanan dawet saya disajikan.Â
Sambil mencicipi rasa dawet yang manis,otak saya berpikir.Â