"Doakan aku Diajeng Anjasmoro. Setelah aku berhasil melaksanakan tugas ini, aku akan diangkat jadi prajurit, dan Paman akan menikahkan kita, Diajeng, "
" Doaku menyertaimu. Hati-hati Kakang Damar..! " Anjasmoro melepas kepergian Damar Wulan dengan berat hati, tapi semua itu demi mewujudkan keinginan dan kebahagian mereka berdua juga. Anjasmoro tak bisa mencegah, meski diam-diam butiran bening meleleh di pipinya.Â
Di Kaputren Blambangan, Waita dan Puyengan, kakak beradik yang diperistri oleh Minak Jinggo secara paksa sedang beristirahat. Tiba-tiba Waita menjerit, tapi Puyengan segera menutup mulut kakaknya. Tanpa diketahui kapan datangnya, di hadapan mereka berdiri lelaki gagah rupawan.Â
Lancang sekali laki-laki itu berani masuk ke kaputren. Tapi sejak pandangan pertama, Waita dan Puyengan telah terpesona oleh ketampanan Damar Wulan.Â
Apalagi ketika gayung bersambut, Damar Wulan juga tertarik pada kedua wanita cantik itu, dan bersedia memperistrinya serta membebaskan dari kekuasaan Minak Jinggo.Â
Syaratnya, mereka harus bisa menyerahkan pusaka gada wesi kuning milik Minak Jinggo pada Damarwulan. Waita dan Puyengan menyanggupinya.Â
Minak Jinggo terkantuk-kantuk ditemani kedua istrinya yang cantik.Â
"Punggung kananku, Waita...! " Enak sekali pijitanmu! "
"Puyengan, kamu pijit pahaku! "
"Sendika dawuh, kangmas..Â