Kubergeser mepet jendela dan memandang hijaunya sawah yang membuat segar mata.Â
"Pisau stainless, cuma seribu. Tersedia juga wungkalnya buat ngasah peso, 35 ribu rupiah  cuma tinggal 1. Caranya dimasukkan seperti ini, dilebokkan kemudian digosrok-gosrokkan, ".Â
Hadeuh, ini bakul bahasanya acak adul. Suka-sukalah Pak, batin ku. Entah kenapa aku jadi mengantuk.Â
Menjelang terminal Solo banyak penumpang yang turun. Saya berpindah ke kursi paling depan di belakang sopir. Itu tempat duduk favoritku, pas kosong.Â
Di tempat duduk terdepan ini saya bebas melayangkan pandangan. Itu yang saya suka. Langsung bisa mengamati keadaan lalu lintas di depan.Â
Sopir mengemudikan bus sambil menelepon temannya. Suaranya keras dan penuh umpatan keakraban khas Jawa timuran.Â
"Duitku iseh akeh, gantenono, uang makan, uang bensin pek en! "
("Uangku masih banyak. Kamu gantiin aku, uang bensin, uang makan kamu ambil!")Â