Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Gede Yogyakarta, Kota Suci dalam Cerpen Danarto

6 Juni 2022   17:34 Diperbarui: 7 Juni 2022   09:30 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kenal tempat ini! " begitu teriak kami tiba-tiba secara serentak. Tapi secepatnya kami teriak kenal, secepat itu pula kami tak mengenalnya kembali. Secepat kami sadar, secepat itu pula kami tak sadar ( Lahirnya sebuah kota suci, Danarto, 2004).

Penggalan cerpen Danarto itu saya baca dari bukunya, berupa kumpulan cerpen yang diberi judul Adam Ma'rifat. Lahirnya kota suci merupakan salah satu cerpen yang terdapat dalam buku itu. 

Di era digital seperti ini, mungkin internet adalah rekomendasi perpustakaan dan perpustakaan favorit generasi Z. Jika dulu ingin mengetahui sesuatu hal, di samping bertanya pada ahli, bisa juga menemukan jawabnya dari membaca buku, maka sekarang yang menjadi tempat bertanya dan ahlinya ahli adalah Mbah google

Bisa jadi, generasi Z kurang mengenal, siapa Danarto, sebab sastrawan yang lahir  pada 27 Juni 1941 di Sragen, Jawa Tengah, ini telah berpulang di RS Fatmawati Jakarta, pada Selasa, 10 april 2018 pukul 20.45 WIB.

Generasi digital lebih mengenal selegram atau seleb tiktok daripada jabatan seseorang di dunia nyata.

 Seperti baru-baru ini, ada seorang kepala daerah yang lebih dikenal sebagai seleb tiktok oleh 2 orang anak yang ditemuinya di jalan, daripada jabatannya sebagai kepala daerah. 

Danarto menekuni bidang sastra sebagai penulis cerita pendek, melukis, menyair, menyutradarai teater, dan menjadi penata artistik. 

Tak heran,di dalam cerpen-cerpen Danarto, hadir unsur puisi, musik, dan seni lukis sehingga tampak efek puitis, musikal, dan artistik dekoratif.

Dalam Cerpen Lahirnya kota suci ini, Danarto mengambil nama Kotagede sebagai sebuah kota yang ada dalam realita. 

Namun demikian, Danarto justru menggambarkan tempat tinggal seorang tukang jam sebagai awal berdirinya kota suci. Di mana orang yang melewati rumah si tukang jam, merasakan sesuatu yang berbeda ketika melewatinya. 

"Aku telah melihat keajaibanmu, " Desah semua orang.........  

" Kota Gede lebih memancarkan kesucian, daripada sebuah keajaiban, " Komentar yang lain.

Penerbit matahari Yogyakarta dalam pengantarnya mengatakan, cukup unik jalan pikiran Danarto yang ingin memproklamasikan kota Gede Yogyakarta sebagai kota suci. Ayolah, kita tantang, apakah dia benar-benar berani memproklamirkannya. 

Pada kenyataannya, Kota Gede adalah sebuah kecamatan yang sebagian wilayahnya termasuk dalam wilayah Kota Yogyakarta, sedang bagian wilayah lainnya ada yang masuk dalam Kabupaten Bantul. 

Semula, Kotagede adalah nama sebuah kota yang merupakan Ibu kota Kesultanan Mataram. Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini.

Adanya kompleks Masjid Besar Mataram masih kental aroma kratonnya, lengkap dengan pagar batu berelief mengelilingi masjid.

Masjid Kotagede(foto : Wikipedia.org) 
Masjid Kotagede(foto : Wikipedia.org) 

Ditambah dengan pelataran yang luas yang ditumbuhi pohon sawo kecik, dan adanya sebuah bedug berukuran besar.

Selain itu di Kotagede juga terdapat makam raja-raja Mataram bernama komplek Pasarean Mataram. 

 Panembahan Senopati yang merupakan pendiri kerajaan Mataram dimakamkan di sini. Namun saat Sultan Agung Hanyokrokusumo memerintah, makam raja-raja itu dipindahkan ke Imogiri.

Tempat istimewa lain yang terdapat di Kota Gede adalah :

-Benteng Cepuri

Benteng Cepuri merupakan situs peninggalan Kerajaan Mataram Islam di Kotagede yang berwujud reruntuh-reruntuhan. 

Karena bentuk dindingnya melengkung, Benteng Cepuri juga dinamakan Bokong Semar. Menurut Kronik Momana Jawa, benteng ini dibangun pada 1507-1516 dan secara tradisional berfungsi untuk memisahkan bangsawan dalam istana dan rakyat biasa di luar benteng. 

- Taman dan Kebun Hewan Gembira Loka

-Pusat Kerajinan Perak

-Pasar Kotagede

Pasar legi Kotagede (foto: yogya aja. com) 
Pasar legi Kotagede (foto: yogya aja. com) 

Pasar Kotagede dsebut juga pasar legi, sebab di kala penanggalan Jawa menunjukkan hari pasaran Legi. Pasar Kotagede akan bertambah ramai dan sesak baik oleh penjual maupun pembeli. Di sini banyak makanan tradisional dijajakan, seperti Kipo, yangko, geplak, grontol, getuk, dll. 

Kembali pada khayalan Danarto untuk menjadikan kota Gede sebagai kota Suci, banyak sastrawan menganggap Danarto sebagai sastrawan sufi yang karya-karyanya seperti ditulis dalam kondisi tanpa kesadaran penuh. 

Sapardi Djoko Damono malah menganggap cerpen-cerpen Danarto ditulis dalam keadaan trance atau kesurupan, di mana penulisnya sedang tidak mempunyai kendali penuh atas kesadaran dirinya.

 Abdul Hadi MW dalam Horison edisi Mei-Juni 1973, menyebut Danarto berhasil menemukan bahasa baru bagi pengungkapan alam pikiran dan perasaannya yang mistis, yang merupakan ungkapan jiwa yang ingin memberontak terhadap sistem nilai yang ada.

“Pelukisannya tentang pengalaman batin sangat filmis, dahsyat, menggetarkan , galau dan surealistis,"

Danarto sendiri mengakui, dia menganut paham panteisme dalam setiap karyanya, 

Panteisme, adalah suatu paham filsafat dan teologi yang beranggapan bahwa Tuhan dan alam tidak bisa dipisahkan. 

Danarto, adalah sastrawan serba bisa yang terkenal dengan ke absurd an cerpen-cerpennya, tapi suka menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata. 

" Aku telah memahat malaikat-makaikat begitu banyak. Malaikat-malaikatku. Aku telah menciptakan cermin-cermin begitu banyak. Cermin-cermin ku. Lalu aku pecahkan semua cermin itu, sehingga aku bisa melihat diriku sendiri"  (Danarto, Lahirnya sebuah Kota Suci). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun