Abdul Hadi MW dalam Horison edisi Mei-Juni 1973, menyebut Danarto berhasil menemukan bahasa baru bagi pengungkapan alam pikiran dan perasaannya yang mistis, yang merupakan ungkapan jiwa yang ingin memberontak terhadap sistem nilai yang ada.
“Pelukisannya tentang pengalaman batin sangat filmis, dahsyat, menggetarkan , galau dan surealistis,"
Danarto sendiri mengakui, dia menganut paham panteisme dalam setiap karyanya,Â
Panteisme, adalah suatu paham filsafat dan teologi yang beranggapan bahwa Tuhan dan alam tidak bisa dipisahkan.Â
Danarto, adalah sastrawan serba bisa yang terkenal dengan ke absurd an cerpen-cerpennya, tapi suka menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata.Â
" Aku telah memahat malaikat-makaikat begitu banyak. Malaikat-malaikatku. Aku telah menciptakan cermin-cermin begitu banyak. Cermin-cermin ku. Lalu aku pecahkan semua cermin itu, sehingga aku bisa melihat diriku sendiri"Â (Danarto, Lahirnya sebuah Kota Suci).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H