"Sudah hampir 80 tahun. Cucu sudah pada menikah, cicit, canggah, saya lupa dan tidak hafal namanya, " Kata Mbah Narto sambil tertawa. Aku ikut tertawa.Â
Panjenengan luar biasa, Mbah, " Kataku.Â
Sambil memotret Mbah Narto dari depan. Ini orang istimewa. Hihihi.. 14 orang anak. Membayangkan saja aku tak sanggup. Mungkin kalau dijalani malah tak terasa.
 Aku malah jadi penasaran sama Bu Narto nya. Sayangnya saat itu tidak sedang berada di warung sate. Beliau biasa bantu-bantu memasak di desanya.Â
Sate nya sudah matang, beberapa sampai ada yang gosong. Hahaha..Â
Gak papalah, salahku sendiri mengajak ngobrol Mbah Narto sampai lupa membolak balik satenya.Â
Satenya besar-besar. Makan seporsi berdua berisi 10 tusuk sate ayam dan 1 buah lontong sudah membuat kami kekenyangan.
 Maklum perut jelita dan jenampu. Kapasitas terbatas, hehehe.. Untung yang satu dibungkus.Â