Ya, sudah. Pulang saja, lombanya besok, kataku.Â
Sampai di dekat perempatan aku menepuk punggung suamiku.Â
" Mas, mau sate? " Itu di pojok perempatan ada penjual sate ponorogo. Â Sate ayam, kataku.Â
"Ya sudah, ayo! " Tumben suamiku setuju, biasanya suamiku tidak mau makan daging ayam potong, sukanya ayam kampung. Jadilah mampir ke situ.Â
"Monggo, silakan! " Mbah penjual sate ponorogo, yang ternyata pemiliknya sendiri, bernama Mbah Narto.Â
Tertulis di spanduk Sate Ayam ponorogo Mbah Narto (Kithit).Â
"Satu saja", kata suamiku.Â
Dibungkus apa dimakan sini? " Tanyaku.Â
"Bungkus saja! "kata suamiku.
"Lontongnya ada? " Tanya suamiku.Â
"Ada, Pak! " Jawab penjualnya.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!